Shaum Nihil Pahala, Kenapa? - Diari Ilmu #13
Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa tidak
sedikit orang yang menjalankan ibadah shaum, tapi ia tidak mendapat kebaikan. Lelah-lelah
menahan lapar, haus dan jima, di waktu yang telah ditetapkan, namun pahala di
sisi Allah SWT nihil sama sekali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ
لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْعِ وَالْعَطَشِ
“Banyak orang yang shuam tidak mendapat
kebaikan dari shaumnya kecuali lapar dan haus.” (HR. an-Nasa`i)
Ini kenapa bisa terjadi? Kita coba lihat salah
satu faktornya dalam hadits yang lain:
مَنْ لَمْ
يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ
أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Siapa yang tidak meninggalkan perkataan zur
(perkataan dusta), mengamalkannya, atau tindakan bodoh, maka Allah tidak butuh
atas perjuangannya menahan rasa lapar dan dahaga.” (HR. Bukhori).
Nah, kita sudah dapat poin bahwa shaum itu
bukan hanya menahan diri dari syahwat buthun (perut) dan kemaluan pada
waktu yang ditentukan. Lebih dari itu, shaum esensinya menahan diri dari syahwat-syahwat
yang lainnya yang berdampak pada dosa dan maksiat.
Dalam hadits tersebut salah satu bentuk
syahwat yang bisa berdampak pada dosa adalah perkataan zur. Dalam kamus
bahasa Arab, zur artinya perkataan dusta, bohong atau batil. Perkataan-perkataan
batil juga banyak macamnya, satu diantaranya adalah ghibah (menceritakan
kejelekan seseorang yang fakta, yang tidak ada kepentingan kebaikan di
dalamnya) dan buhtan (menceritakan kejelekan seseorang yang tidak fakta
[hoax]).
Inti dari hal ini adalah ibadah shaumnya
tercampur oleh dosa, bahkan dosanya lebih banyak. Bayangkan saja jika dosa itu
bagaikan nilai, setitik saja akan merusak susu sebelanga. Apalagi jika “nila”
ibadah shaum ini sangat banyak, sesuai hadits Nabi ia akan merusak ibadah
shaum. Dalam istilah lain ibadah yang tercapuri dosa ini disebut ibadah yang
tidak mabrur. Mabrur itu sendiri artinya terlepas dari maksiat dalam beribadah
kepada Allah.
Sekali lagi, tulisan ringan ini hanyalah bahan
untuk bermuhasabah. Kita perlu melakukan penyisiran terhadap diri kita selama
menjalakan ibadah shaum. Khawatirnya, shaum kita ini tercampuri oleh “nilai”. Namanya
juga dosa, kata plesetan orang Sunda mah “meledos teu karasa”. Memang demikian,
dosa itu kebanyakan tidak terasa. Ujug-ujug menjadi gunung dosa.
Semoga kita dijauhkan oleh Allah dari rusaknya
ibadah shaum dan ibadah-ibadah yang lainnya.
Allahul musta’an,
wallahu a’lam
Abiena Yuri (IG)
Rabu, 13 Ramadhan 1441 H/6 Mei 2020 M
Video Kajiannya bisa dilihat di sini: AbienaYuri
Komentar
Posting Komentar
Sharing Yuk...!