Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Mandiri, Berdikari, dan Menjaga Harga Diri

Abu Daud meriwayat sebuah kisah yang ia diterima dari Anas bin Malik. Suatu hari ada seorang pengemis dari Anshar datang dan meminta-minta kepada Rasulullah. Beliau bertanya, “Apakah Anda memiliki sesuatu di rumahmu?” Pengemis menjawab, “Tentu. Saya memiliki pakaian untuk sehari-hari dan sebuah cangkir”. “Ambil dan serahkan kepadaku!” titah Rasulullah. Lalu pengemis itu menyerahkannya kepada Rasulullah. Lantas, Rasulullah pun menawarkannya kepada para sahabat. “Siapa di antara kalian yang mau membeli?” demikian tawar Rasulullah.

Sukses di Dunia, Bahagia di Akhirat

Bismillah… Insya Allah, pada kajian kali ini, kita akan membedah al-Quran Surat al-Baqarah ayat 202. Mari kita nukil ayat: وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ “Dan sebagian dari mereka berdoa, ‘‘Ya Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia, kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka’.”

Empat Konsep Rezeki

Sudah dijelaskan di kajian yang lalu bahwa rezeki secara etimologi adalah sesuatu yang sedang atau telah dimanfaatkan. Demikian pendapat an-Naysaburi dalam tafsirnya. Sedangkan secara istilah, Imam al-Jurjani dalam at-Ta’rifat mengungkpakn bahwa rezeki adalah: اِسْمٌ لِمَا يَسُوْقُهُ اللهُ إِلَى الْحَيَوَانِ فَيَأْكُلُهُ فَيَكُوْنُ مُتَنَاوِلًا لِلْحَلَالِ وَالْحَرَامِ “Suatu nama untuk melambangkan apa-apa yang Allah berikan kepada hewan (makhluk), lalu ia (hewan) memakannya baik itu yang halal maupun yang haram”.

Ghibah di Facebook

Ketika seseorang mengomentari orang lain dengan negatif karena orang itu punya perangai negatif, saat itu juga ia merasa cukup bersih dan angkuh bahwa ia tidak memiliki kesalahan. Padahal, kesalahannya jauh lebih besar ketimbang orang yang distigmanya. Jadi, saya rasa merespon orang itu santai saja. Meskipun ia benar-benar berbuat salah, santai saja. Dan, harusnya bersyukur karena yang terjerumus dan tergoda setan berbuat salah adalah ia, bukan kita. Iya kan?