Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Pasal 2: Kalam Balaghah

Pasal 2 Kalam Balaghah Sebelum melanjutkan pelajaran balaghah ke pasal 2, kita review sejenak tentang pasal 1. Di pasal 1 kita telah mempelajari tentang fashahah . Secara sederhana fashahah adalah kefasihan dalam menyampaikan maksud. Fashahah terdiri dari tiga bagian, yakni: Fashahah dalam kata -> menyampaikan maksud dengan diksi (pemilihan kata) yang benar, mudah diucapkan, mudah dimengerti maknanya, dan dan tidak menyalahi kaidah Ilmu Nahwu dan Sharaf. Fashahah dalam kalimat -> menyamaikan maksud dengan menggunakan kalimat yang baik dan benar: mudah diucapkan, mudah dipahami maknanya, susunanannya sesuai kaidah Ilmu Nahwu, dan tidak rumit. Fashahah dalam mutakallim (komunikator) -> maksudnya si komunikator harus memiliki sifat-sifat yang baik dalam menyampaikan maksud. Sekarang… mari kita lanjutkan pada pelajaran pasal 2 tentang “Kalam Balaghah”.

Tafsir Istirja' (Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un)

Salah satu kalimah thayyibah yang Nabi ajarkan kepada umatnya adalah kalimat istirja’ (kepulangan). Kalimat istirja’ adalah sebagai berikut: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ “Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kita kembali.” Kalimat istrija’ tersebut terdapat dalam al-Quran Surat al-Baqarah ayat 156. Sesuai dengan koteks ayatnya, kalimat ini diucapkan jika kita sedang mendapatkan musibah sekecil apapun. Namun, pada kenyataanya banyak yang mengdentikan pengucapan kalimat istrija’ ini ketika mendengar orang meninggal dunia. Padahal, sejatinya kalimat ini diucapan untuk seluruh musibah meskipun hanya kasura (tertusuk duri).

Pasal 1: Tentang Fashahah

Pasal 1 Tentang Fashahah Menurut bahasa, fashahah artinya perkataan yang jelas (Bahasa SUnda: b é nt é s). Menurut istilah, fashahah terbagi tiga: 1. Kalimah Fashahah Yaitu kata yang harus terbebas dari tanafur , gharabah , dan khulfi zukin .

Pelajaran I: Muqadimah dan Pengenalan Ilmu Balaghah

A. MUQADIMAH 1. Ilmu Balaghah merupakan bagian dari Ilmu Bahasa Arab 2. Urgensi mempelajari Bahasa Arab a. al-Quran dan Hadits ditulis dengan Bahasa Arab إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Quran yang berbahasa Arab supaya kalian berakal menggunakan akal.” (Q.S. Yusuf [12]: 2).

Pelajaran I: Definisi dan Istilah-istilah dalam Ilmu Musthalah Hadits (Bag. I)

A. DEFINISI ILMU MUSTHALAH HADITS عِلْمٌ بِقَوَاعِدِ وَقَوَانِيْنَ يُعْرَفُ بِهَا أَحْوَالَ السَّنَدِ وَالْمَتْنِ مِنْ حَيْثُ الْقَبُوْلِ أَوِ الرَّدِّ “Ilmu tentang kaidah-kaidah dan aturan-aturan yang dengannya diketahui keadaan sanad dan matan apakah (suatu hadits) diterima atau ditolak.”

Orang-orang yang Dicintai Allah SWT

Dalam al-Quran, Allah SWT memberi kabar tentang siapa saja orang yang dicintai-Nya. Tentu saja ketika Allah mencintai seorang hamba, hamba tersebut dipastikan akan bahagia di dunia dan akirat. Hamba tersebut akan mendapatkan apa yang terbaik untuknya menurut Allah SWT. Apa yang ia butuhkan, Allah akan memberikannya. Nah, ketika Allah memberi informasi kepada kita tentang siapa saja yang Allah cintai, ini maksudnya tidak semata informasi, melainkan sebagai sebuah instruksi agar kita menjadi orang yang Allah cintai tersebut. Istilahnya adalah khabariyah bi ma’na insya`iyyah (informasi yang sifatnya intruksi).