Sudah Ikhtiar Masih Kena Musibah(?)
Si A dan Si B. Dua-duanya kena musibah. Si A
terkena musibah padahal sudah sangat maksimal ikhtiarnya. Segala arahan dan
petunjuk dari ahli dan ulama (ikhtiar langit dan bumi) diupayakannya.
Sementara si B terkena musibah. Arahan dan petunjuk
"langit" dan "bumi" tidak diindahkannya. Ia optimis tapi
banyak yang tidak sesuai protokol. Ia tawakal tapi tidak menempuh sebab. Ia
yakin tapi tidak memenuhi sunnatullah.
Siapa yang pahalanya paling banyak dan baik?
Jawaban pertama, dia yang ikhlas niatnya karena
Allah. Ikhlas adalah separuh syarat diterianya amal. Separuhnya lagi adalah shawwab
(sesuai dengan prosedur ibadah yang diajarkan Rasulullah). Seorang mujahid
berperang kemudian mati, wajahnya malah diseret ke dalam api neraka. Ternyata,
alasannya adalah niat saat berjuang bukan karena Allah tetapi karena mengharapkan
sanjungan agar disebut sebagai “jariy” (pahlawan). Hadits tentang kisah
tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim. Shahih.
Kedua, ia yang ridha dan sabar menerima musibah. Ridha
dan sabar merupakan kunci kebaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
عَجَبًا
لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلا
لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ
أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh takjub terhadap urusan orang beriman. Sesungguhnya
urusan orang beriman seluruhnya memiliki kebaikan. Dan, tidaklah hal tersebut
diperuntukkan bagi seseorang kecuali hanya bagi orang beriman. Jika ia ditimpa
musibah kesenangan, ia bersyukur dan itu adalah kebaikan bagi dirinya. Jika ia
ditimpa musibah yang tidak menyenangkan, ia bersabar dan itu adalah kebaikan
bagi dirinya.” (HR. Muslim).
Terkait ridha, as-Suyuthi meriwayatkan bahwa
seseorang dari Bani Sulaim berkata:
إِنَّ اللهَ لَيَبْتَلِي الْعَبْدَ فِيْمَا أَعْطَاهَ فَإِنْ رَضِيَ بِمَا
قَسَمَ لَهُ بُوْرِكَ لَهُ وَوَسَّعَهُ، وَإِنْ لَمْ يَرْضَ لَمْ يُبَارِكْ لَهُ وَلَمْ
يَزِدْ عَلَى مَا كُتِبَ لَهُ
“Sesungguhnya Allah akan menguji seorang hamba terhadap
apa yang telah Allah berikan kepadanya. Jika ia ridha terhadap apa yang Allah
bagikan kepadanya, maka ia mendapatkan barokah dan Allah meluaskannya. Jika ia
tidak ridha, maka ia tidak diberi barokah dan tidak bertambah terhadap apa yang
sudah ditetapkan baginya.”
Ketiga, ia yang melakukan upaya maksimal
sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam ayat berikut:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا خُذُوا حِذْرَكُمْ فَانْفِرُوا ثُبَاتٍ أَوِ انْفِرُوا
جَمِيعًا
“Hai orang-orang yang beriman, bersiap
siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau
majulah bersama-sama!” (QS. An-Nisa [4]: 71).
Lihat pula Surat al-Anfal ayat 60 dan al-Jumu’ah
ayat 10. Inti dari ayat-ayat tersebut adalah adanya usaha secara maksimal. Tidak
bisa kita menyerahkan urusan (tawakal) kepada Allah dan yakin sepenuhnya,
tetapi tidak ada usaha yang dilakukan.
Tawakal dan Usaha Harus Beriringan
Dalam al-Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab
menjelaskan terkait tawakal dan usaha. Beliau mengatakan begini:
وَاعْلَمْ
أَنَّ تَحْقِيْقَ التَّوَكُّلِ لَا يُنَافِي السَّعْيَ فِي الْأَسْبَابِ الَّتِي قَدَّرَ
اللهُ تَعَالَى الْمَقْدُوْرَاتِ بِهَا وَجَرَّتْ سُنَّتُهُ فِي خَلْقِهِ بِذلِكَ
فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى أَمَرَ بِتَعَاطِي الْأَسْبَابِ مَعَ أَمْرِهِ بِالتَّوَكُّلِ
فَالسَّعْيُ فِي الْأَسْبَابِ بِالْجَوَارِحِ طَاعَةٌ لَهُ وَالتَّوَكُّلِ بِالْقَلْبِ
عَلَيْهِ إِيْمَانٌ بِهِ
“Ketahuilahn olehmu bahwa hakekat tawakal
itu tidak menafikan usaha menempuh sebab-sebab yang dengan sebab-sebab itu Allah
takdirkan sesuatu yang Allah tetapkan, dan dengannya berjalan pula sunnatullah
terhadap makhluk-Nya. Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan untuk menempuh
sebab-sebab beriringan dengan perintah-Nya untuk bertawakal. Maka, upaya
menempuh sebab dengan tubuh merupakan ketaatan kepada-Nya dan tawakal kepada Allah
dengan hati adalah keimanan kepada-Nya.”
Mari berupaya semaksimal mungkin dan dikawal dengan
tawakal. Semoga Allah menepikan kita pada tujuan hidup dunia dan akhirat. Semoga
melindungi kita dari segala bahaya makhluk-Nya, terutama saat ini dari wabah
virus corona, covid-19.
اَللّهُمَّ
إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُوْنِ وَالْجُذَامِ وَسَيِّئِ
اْلأَسْقَامِ
“Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit kulit belang, penyakit gila,
penyakit lepra, dan penyakit yang (berakibat) buruk.”
Wallahu a'lam...
Komentar
Posting Komentar
Sharing Yuk...!