Perjuangan Itu Lezat dan Nikmat


Ternyata ikhtilaf pun bisa terjadi dalam bab jengkol dan peuteuy. Menurut saya keduanya enak dan lezat. Apalagi jengkol, jika dimasak (digoreng, dikecap, disemur, dll.) menurut saya aromanya yang tercium itu wangi. Entah persepsi rekan-rekan, jengkol atau peuteuy enak tidak? Hehe…

Dalam pengajian kemarin sore bersama Ust. Hamdan Abu Nabhan, beliau jelaskan bahwa kesukaan atau kecintaan terhadap sesuatu itu didorong oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah karena ada kenikmatan atau kelezatan di dalamnya. Dan, beliau mecontohkannya dengan analogi jengkol dan peutey.



Demikian dalam hal pilihan perjuangan. Kenapa kita lebih memilih berlelah-lelah berjuang padahal secara materi tidak menghasilkan keuntungan justru banyak pengorbanan? Salah satu penyebabnya adalah karena ada kenikmatan dan kelezatan dalam perjuangan. Bahasa gayanya ada spiritual satisfaction. Ini sifatnya metafisik tidak bisa dilihat dan hanya bisa dirasakan oleh ia yang lurus niat dan benar cara berjuangnya.

Maka, mari luruskan niat kita berjuang memenuhi panggilan Allah SWT (ikhlas: tidak riya, tidak sum'ah) dan menjaga mutaba'ah (mengikuti "juklak-juknis" Rasulullah saw.). Pengorbanan apapun yang kita lakukan jika kedua syarat itu ada, maka kelezatan perjuangan insyaallah bisa kita dapatkan.

Selain kelezatan perjuangan yang akan ia dapat, dalam salah satu ayat Allah SWT menegaskan bahwa akan ada diferensiasi (pembeda) antara al-mujahidun (pejuang) dan qa'idun (memilih duduk tanpa udzur). Saya kutipkan ayatnya sebagai berikut:

لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai udzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya di atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.” (QS. An Nisa [4] : 95).

Kalah-menang, pejuang adalah pemenang dan akan selalu mulia. Sementara ia yang tidak tergerak hati untuk bergerak jiwa-raga, pada hakikatnya adalah kalah. Yang paling fundamental, ia kalah oleh dirinya sendiri, kalah melawan hawa nafsunya. Padahal, Rasulullah menegaskan bahwa orang tidak sempurna imannya hingga hawa nafsunya “taba'an lima ji`tu bihi” (mengikuti apa yang aku bawa [syariat, agama]).

Dalam ayat yang lain Allah memberikan gambaran dua karakter generasi yang buruk. Biar lebih jelas mari kita telaah ayatnya berikut:

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan menuruti hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam [19]: 59).

Dalam ayat tersebut terdapat 2 karakteristik generasi penerus yang buruk, yakni (1) mereka yang meninggalkan shalat, tidak menjadikan shalat sebagai fasilitas perjuangan karena sejatinya shalat yang disyariatkan merupakan fasilitas perjuangan yang Allah berikan. Di dalamnya ada banyak filosofis dan value perjuangan mulai dari imamah hingga imarah. Kedua, mereka yang mengikuti hawa nafsunya. Cirinya, lebih senang dalam hal-hal kurang bermanfaat, lalai dari aturan Allah SWT, dan bersantai-santai hati dalam kemaksiatan. Semoga generasi saat ini dan selanjutnya terhindari (sanggup mengidnari) karakteristik negatif sebagaimana disebut tadi.

Kembali ke laptop, perjuangan itu lezat dan nikmat bagi mereka yang ikhlas dan benar berjuangnya. Tidak ikhlas alias riya atau sum’ah, just show the capabilities (hanya ingin unjuk kemampuan), perjuangannya tidak memberikan jejak nikmat di dalam hati. Yang ada ia akan sibuk dan cape. Ini mah menurut saya. Entah kalua menurut rekan-rekan.

Mari berjuang…. Dengan ikhlas, dengan totalitas, dengan benar…! Insyaallah, sangat lezat dan penuh manfaat.

Wallahu a’lam

Al-Faqir bil ‘Ilmi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dunia Bagai Lautan Yang Dalam, Banyak Orang Tenggelam - Nasehat Luqmanul Hakim

Empat Tanda Memeroleh Kebaikan Dunia dan Akhirat

Ibnu Mas'ud, "Sesungguhnya Aku Benci Seseorang Yang Menganggur"

Da`ul Umam: Penyakit Hati Penyakit Masyarakat

Tahukah Anda Apa Makna Salam Dua-Tiga Jari Metal?