Sekolah Itu Partner Bukan Panti
Hari ini hari pertama anak saya duduk di bangku
sekolah barunya. Sekolah yang saya jadikan partner dalam rangka mewujudkan
generasi Rabbani, generasi pelanjut estafeta perjuangan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Prinsip saya adalah bukan sekolah yang mengajak kita
kerjasama, tetapi kita yang mengajak sekolah sebagai mitra kerjasama pendidikan
anak. Artinya, “saham” ada di kita. Kita adalah pemegang “saham” terbesar dalam
mendidik anak.
Bagi saya, pendidikan itu ada di tangan orang tua:
saya dan istri. Selebihnya adalah mitra kami termasuk sekolah. Oleh karena itu,
jangan jadikan sekolah seperti panti jompo: kita titipkan anak lalu kita lupa
kewajiban utama sebagai ayah dan ibu. Yang harus membangun karakter anak sebenarnya
adalah kita, orang tua. Yang mesti mewasilahi peradaban mulia adalah kita,
orang tua. Ini harus menjadi pegangan bagi seluruh orang tua.
Sekali lagi, bahwa kita adalah pemegang “saham” terbesar
dalam pendidikan anak. Kita harus banyak berperan dalam membangun perilaku
positif anak (kognitif, afektif, psikomotrik, konatif). Kita mesti siap
berusaha keras membangun karakter positif anak. Kita harus siap investasi untuk
mewasilahi kesalehan anak. Kalua anak sudah saleh, untungnya dunia akhirat. Beneran!
Ini nih salah satu yang akan kita rasakan kelak:
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُوْلَ:
أَنَّى هذَا؟ فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sesungguhnya seorang ditinggikan
derajatnya di surga (kelak). Dia bertanya, ‘Bagaimana aku bisa mencapai semua
ini?’ Maka, dikatakan padanya, ‘(Ini semua) disebabkan istigfar (permohonan
ampun kepada Allah yang selalu diucapkan oleh) anakmu untukmu.’“ (HR.
Ibnu Majah dan Ahmad)
Bayangkan, jika kelak pada hari akhirat, kita
ujug-ujug berada di surga yang levelnya kelas atas, very important person,
padahal amal kita amal yang biasa-biasa saja. Ternyata, faktor utamanya adalah
istighfar anak kita. Pertanyaannya, anak yang bagaimana yang secara khusus dan
ikhlas memintakan ampunan kepada Allah SWT untuk orang tuanya? Sudah pasti anak
yang saleh. Inilah yang harus menjadi visi kita. Urusan prestasi duniawi jangan
menjadi tujuan utama. Boleh saja prestasi jadi harapan tetapi bukan yang utama.
Orientasi kita jangka panjang: sukses hingga ke akhirat.
Selamat bersekolah di sekolahmu yang baru, Yuri. Abi
dan Umi mau Yuri jadi anak shaleh. Pintar dan kaya itu hanya bonus dari Allah
sebagaimana yang sering digaungkan oleh Ustadzmu di sekolah barumu ini. Dan,
Abi-Umi sepakat dengannya. Tetapi, jika Yuri bisa pintar dan kaya, ini adalah
penyempurna harapan Abi dan Umi.
Love you my generation…
Komentar
Posting Komentar
Sharing Yuk...!