Bagimu Agamamu dan Bagiku Agamaku - Toleransi Itu Tanpa Harus Menembus Batas Ajaran


Akhir-akhir ini kita disuguhkan informasi dari media tentang pernyataan salah seorang calon wakil presiden tentang keyakinan beragama. "Jadi tidak ada lagi ungkapan bagimu agamamu bagiku agamaku berbeda mazhab saja, mazhab ente mazhab saya. Berbeda partai, berbeda capres. Bagi anda capres anda bagi kami capres kami," demikian tuturnya sebagaimana yang dilansir sindonews.com.

Zahir kata atau kalimat terkadang memiliki maksud yang berbeda. Maqashidul lafzhi ‘ala niatil lafizh, maksud suatu lafad ada pada niat yang melafadkan. Apa maksud kalimat tersebut yang sebagian besar orang merespon kontra? Maka, maksud sebenarnya ada pada yang menyampaikannya.



Di sini saya hanya ingin menegaskan bahwa jika yang dimaksud "Jadi tidak ada lagi ungkapan bagimu agamamu bagiku agamaku...” itu kutipan dari ayat al-Quran, maka saya tegaskan sampai hari kiamat pun pernyataan itu tidak akan hilang. Tetap akan ada. Ini kan ayat al-Quran? Kalau menyatakan kalimat itu tidak ada, ya secara lahir berimplikasi pada keyakinan bahwa ayat tersebut tidak ada atau hilang. Satu kata saja sengaja dihilangkan atau dianggap hilang dalam al-Quran, akan menjadi indikasi rusaknya eksistensi keimanan. Dalam hal ini rukun iman yang ketiga adalah iman kepada kitab Allah (al-Quran). Apalagi jika yang dianggap tidak adanya bukan satu kata. Wallahu a’lam.

Sudah sama-sama tahu bahwa ayat fenomenal ini terdapat dalam Surat al-Kafirun. Saya nukilkan untuk Anda ya.

قُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ. لآَأَعْبُدُ مَاتَعْبُدُونَ. وَلآَأَنتُمْ عَابِدُونَ مَآأَعْبُدُ. وَلآَأَنَا عَابِدٌ مَّاعَبَدتُّمْ. وَلآَأَنتُمْ عَابِدُونَ مَآأَعْبُدُ. لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Katakanlah Muhammad, “Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Kalian bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Aku bukanlah penyembah apa yang kamu sembah. Kalian bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (QS. Al Kafirun [109]: 1-6)

Surat tersebut masih ada dan tidak akan hilang sampai hari kiamat. Surat tersebut merupakan ajaran tentang tasamuh alias toleransi dalam beragama. Ini adalah keimanan yang mutlak. Tidak bisa diganggu-gugat.

Ajaran yang disampaikan dalam Surat al-kafirun ini, masing-masing agama ada nilai eksklusivitas. Orang Islam tidak akan mau menyembah Yesus, dan orang Kristen tidak akan mau menyembah Allah. Kecuali orang yang tidak loyal/taat dalam menjalankan agamanya masing-masing. Sinkretisme, mencampur adukkan ajaran-ajaran agama yang ada dan meleburnya menjadi satu. Atau liberalisme agama, menganggap seluruh agama sama saja. Tidak ada bedanya. Pemahaman ini bisa menunjukkan seseorang tidak memiliki keyakinan yang mantap terhadap agamanya. Ya semacam tidak pede dengan agama sendiri. Ini esensi meskipun yang ditampilkan ke permukaan adalah atas nama toleransi umat beragama. Karena, sesungguhnya soleransi itu tidak akan menembus batas-batas eksklusivitas agama masing-masing.

Kembali lagi ke permasalahan awal, menurut saya orang yang awam bahwa ayat “Bagimu agamamu bagiku agamaku” itu masih ada dan akan tetap ada. Efeknya adalah toleransi. Silahkan menjalankan ajaran sesuai agama dan keyakinanmu, kami pun akan menjalankan ajaran sesuai agama dan keyakinan kami. Kita hidup rukun dan damai. Titik.
Jangan sampai demi hasrat politik dan kekuasaan, ekslusivitas beragama kita kemudian hilang. Ini bisa berakibat fatal di hadapan Allah SWT. Na’udzu billah...

Wallahu a’lam

Tasikmalaya, 1 Januari 2019
Abiena Yuri (Telegram)
Abiena Yuri (Facebook)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dunia Bagai Lautan Yang Dalam, Banyak Orang Tenggelam - Nasehat Luqmanul Hakim

Empat Tanda Memeroleh Kebaikan Dunia dan Akhirat

Ibnu Mas'ud, "Sesungguhnya Aku Benci Seseorang Yang Menganggur"

Da`ul Umam: Penyakit Hati Penyakit Masyarakat

Tahukah Anda Apa Makna Salam Dua-Tiga Jari Metal?