Sukses di Dunia, Bahagia di Akhirat



Bismillah…
Insya Allah, pada kajian kali ini, kita akan membedah al-Quran Surat al-Baqarah ayat 202.

Mari kita nukil ayat:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Dan sebagian dari mereka berdoa, ‘‘Ya Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia, kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka’.”

Ayat tersebut memuat doa yang paling banyak dilafadkan oleh Rasulullah saw.
كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Doa yang paling banyak dibaca oleh Nabi saw. adalah, ‘Ya Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia, kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka’.” (H.R. Bukhari).


Muqadimah
Manusia yang cerdas memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang mampu menyenangkan dan membahagiakan hidupnya. Ini adalah hal yang wajar karena manusia diberi syahwat oleh Allah.

Manusia yang cerdas akan memilih untuk mendapatkan kesenangan-kebahagiaan di dunia dan kesenangan- kebahagiaan di akhirat. Inilah yang selalu diminta oleh Rasulullah dalam do’anya, do’a yang paling sering beliau panjatkan, doa yang beliau anjurkan untuk dibaca oleh umatnya sesering mungkin. Doa tersebut terdapat dalam Quran Surat al-Baqarah ayat 201.

Kandungan Doa Sapu Jagat
Doa Sapu Jagat, demikian nama yang diberikan para ulama untuk doa yang terdapat dalam QS al-Baqarah ayat 201 tersebut. Hal ini dapat dipahami karena isi doa mencakup kebaikan di alam yang sedang dialami dan akan dialami kelak, yakni alam dunia dan alam akhirat.

Jadi, penamaan Doa Sapu Jagat memang menjadi cita-cita bahwa jika doa itu dikabulkan oleh Allah, maka kita akan menyapu bersih (meraih) kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Siapa yang tidak mau akan raihan kebaikan dunia akhirat ini? Tentunya semua pasti mau dan semua pasti bisa. Yakin.

Karena sifatnya yang umum, yakni kebaikan dunia dan kebaikan akhirat, maka para ulama ahli tafsir banya yang merinci, apa saja yang termasuk kebaikan di dunia dan apa pula yang termasuk kebaikan di akhirat kelak.

Baik, mari kita kaji….

A. Kebaikan di Dunia
Menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'diy dalam kitab Tafsirnya Taysir al-Karim al-Rahman, Tafsir Kalam al-Mannan yang lebih masyhur dengan nama Tafsir as-Sa’diy, menjelaskan bahwa yang termasuk kebaikan dunia adalah sebagai berikut:

1. رِزْقٌ هَنِيْئٌ وَاسِعٌ حَلاَلٌ (rezeki yang mudah, banyak dan halal)
Jika ada orang (muslim) yang mudah dalam mencari rezeki, kemudian rezekinya banyak, selain itu rezekinya halal, maka ia mendapatkan hasanah di dunia.

2. زَوْجَةٌ صَالِحَةٌ  (pasangan hidup yang saleh/salehah)
Pasangan hidup yang saleh/salehah merupakan bagian dari kebaikan dunia. Semua orang pasti menginginkannya. Namun, sunnatullah berlaku dalam hal ini. Jika kita menginginkan istri atau suami kita menjadi orang yang saleh, maka ikhtiarnya adalah kita harus menjadikan diri kita sebagai orang saleh. Ini pasti! Begitu pun bagi para pemuda atau pemudi yang mengingkan pasangan yang saleh, ia harus menjadikan dirinya sebagai orang saleh. Suami saleh memang pantas untuk istri salehah, begitu juga sebaliknya.

3. وَلَدٌ تَقَرَّ بِهِ الْعَيْنُ (anak yang menyejukkan mata)
Selanjutnya, yang termasuk ke dalam kebaikan dunia adalah keturunan yang menyejukkan mata. Sejuknya mata adalah ketika melihat anak-cucu menjadi orang yang saleh, taat beribadah, menjaga shalat wajib dan sunat, menutup aurat, giat ke majlis ilmu, dermawan, dll..

Keuntungan memiliki anak-cucu yang saleh bukan hanya didapat di dunia, di akhirat pun kita akan meraih keuntungan jika kita memiliki anak-cucu yang saleh. Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
Sesungguhnya seseorang diangkat derajatnya oleh Allah di surga. Ia pun bertanya, “Dari mana ini ya Allah?” Lalu dikatakan kepadanya, “Ini adalah akibat istigfar anakmu untukmu”. (HR Ibnu Majah).

4. اَلرَّاحَةُ (istirahat, ketenangan)
Kebaikan dunia selanjutnya menurut as-Sa’diy adalah ketenangan hidup. Sudah banyak rezeki, istri salehah, anak pun saleh/salehah, ditambah lagi dengan ketenangan dan kenyamanan hidup. Lengkaplah semuanya. Ketenangan dan kenyamanan hidup merupakan bagian dari kebaikan yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang taat syariat. Kuncinya, jika kita ingin mendapatkan ketenangan hidup, maka dekatkan diri kita kepada Allah dengan ketaatan dalam ibadah, muamalah, dll.

5. عِلْمٌ نَافِعٌ (ilmu yang bermanfaa)
Ilmu yang bermanfaat termasuk ke dalam kebaikan di dunia. Ilmu yang bermanfaat memiliki kriteria sebagai berikut:
  • Ilmunya diamalkan secara istiqamah
  • Ilmunya didakwahkan sehingga orang lain pun mengamalkan secara istiqamah.\
  • Ilmu yang mendorong untuk kebaikan. Jika ilmu yang didapat mendorong untuk bermaksiat, maka ilmunya adalah ilmu yang tidak bermanfaat.
  • Ilmunya membuat lebih dekat dengan Allah, rajin beribadah, dll..
Syarat agar kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat tiada lain adalah sering dan konsisten hadir di majlis ilmu tentunya untuk mencari ilmu. Selain itu, membaca Quran, hadits, buku-buku dan majalah Islami, akan membuat ilmu kita bertambah. Dengan begitu kita bisa beramal sesuai ilmunya.

6. عَمَلٌ صَالِحٌ (amal saleh)
Ketika seseorang melaksanakan amal saleh, kemudian ia istiqamah dengan amal salehnya, maka saat itu pula ia sedang diberikan kebaikan dunia oleh Allah. Ya, amal saleh merupakan bagian dari kebaikan dunia. Oleh karena itu, bagi siapa saja yang ingin mendapatkan kebaikan dunia, maka perbanyaklah amal saleh.

Pertanyaannya adalah, apakah amal saleh itu?
Amal saleh adalah amal yang didawamkan dengan dua syarat mutlak, sebagaimana qaul Fudhail bin ‘Iyadh berikut ini:
إِنَّ الْعَمَلَ إِذَا كَانَ خَالِصًا وَلَمْ يَكُنْ صََوَّابًا لَمْ يُقْبَلْ وَإِذَا كَانَ صَوَّابًا وَلَمْ يَكُنْ خَالِصًا لَمْ يُقْبَلْ حَتَّى يَكُوْنَ خَالِصًا صَوَّابًا وَالْخَالِصُ مَاكَانَ لِلهِ وَالصَّوَّابُ مَاكَانَ عَلَى السُّنَّةِ
“Sesungguhnya sebuah amal, jika diamalkan dengan ikhlas tapi tidak shawab, amal tersebut tidak akan diterima oleh Allah; dan jika amal itu diamalkan dengan shawab tapi tidak ikhlas, amal itu pun tidak akan diterima oleh Allah; sehingga amal itu diamalkan dengan ikhlas dan shawab. Adapun ikhlas berarti amalnya karena Allah dan shawab berarti amalnya sesuai dengan Sunnah Rasulullah”.

Kesimpulannya, amal saleh itu adalah:
Amal yang diamalkan dengan niat ikhlas karena mengharap perhatian dan ridha Allah SWT
Amal yang diamalkan sesuai dengan juklak-juknis dalam al-Quran dan Hadits Rasulullah saw.


B. Kebaikan di Akhirat
Pembahasan selanjutnya adalah tentang kebaikan di akhirat. Masih dalam Tafsir as-Sa’diy karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'diy, yang termasuk kebaikan di akhirat adalah sebagai berikut:

1. اَلسَّلاَمَةُ مِنَ الْعُقُوْبَاتِ فِى الْقَبْرِ وَالْمَوْقِفِ وَالنَّارِ
(selamat dari siksa kubur, mauqif [tempat diam saat dihisab] dan siksa neraka)

Selamat dari siksa kubur, selamat dari panasnya padang mahsyar, dan selamat dari api neraka merupakan bagian dari kebaikan di akhirat. Jika dikatakan selamat dari siksa berarti tidak sedikitpun kulit tersentuh siksa. Karena, ada perbedaan antara masuk surga dan selamat dari siksa. Jika kalimatnya masuk surga, bisa saja sebelumnya masuk neraka dulu disiksa akibat dosa. Pernyataan ini disinggung dalam sebuah hadits yang menjelaskan bahwa ada umat Nabi yang disiksa di dalam neraka, kemudian oleh Allah dikeluarkan dari neraka untuk dimasukkan ke dalam surga.

Rasulullah saw. bersabda:
يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ ثُمَّ يَقُولُ اللهُ تَعَالَى أَخْرِجُوا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانِ، فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا قَدِ اسْوَدُّوا، فَيُلْقَونَ فِي نَهَرِ الْحَيَا أَوِ الْحَيَاةِ
“Ahli surga masuk ke dalam surga dan ahli neraka masuk ke dalam neraka. Kemudian Allah Ta’ala berfirman, ‘Keluarkanlah (dari neraka) orang yang di dalam hatinya ada keimanan sebesar dzarrah (molekul terkecil)!’ Maka mereka dikeluarkan dari neraka. Mereka sudah hitam (hangus). Mereka dilemparkan ke sungai kehidupan.”. (H.R. Bukhari).

Sebaliknya, jika kalimatnya selamat dari siksa, ini berarti sudah pasti masuk surga tanpa harus tersentuh neraka sedikitpun. Nah, yang termasuk kategori kebaikan di akhirat adalah kelompok yang kedua ini, yakni yang selamat dari siksa tanpa harus tersentuh siksa neraka.

2. حُصُوْلُ رِضَا اللهِ

(mendapatkan ridha Allah)


Ridha sama artinya dengan rela atau restu. Ridha ini harus kita dapatkan dari sesama manusia dan alam raya. Ketika sesama kita saling ridha, maka hati akan terasa nyaman dan tentram karena tidak ada ganjalan perasaan buruk. Jika orang tua ridha terhadap anaknya, maka si anak akan merasa tentram hidupnya. Jika seorang karwayan diridhai oleh majikan, maka ia akan mendapat kebahagiaan dan kesenangan. Ketika Allah, Rabb semesta alam, ridha kepada manusia, maka manusia akan pasti merasa bahagia sepanjang masa.

Ridha Allah ini merupakan bagian dari kebaikan akhirat. Jika Allah ridha kepada hamba-Nya, otomatis ia akan mendapat reward luar biasa yakni dukhūlul jannah (masuk surga) sebagaimana dijelaskan pada point pertama.

3. اَلْفَوْزُ بِالنَّعِيْمِ الْمُقِيْمِ
(mendapatkan nikmat yang kekal)

Kebaikan dunia selanjutnya adalah kenikmatan yang kekal abadi. Tentunya hal ini karena ridha Allah yang kemudian memasukkan hamba-Nya ke dalam surga.

Diantara gambaran kenikmatan surga yang digambarkan dalam al-Quran dan hadits antaralain sebagai berikut:

a. Berperawakan seperti Adam
فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ بَعْدَهُ حَتَّى اْلآنَ
“Maka setiap orang yang masuk al jannah wajahnya seperti Adam dan tingginya 60 hasta, setelah Adam manusia terus mengecil hingga sampai sekarang.” (Muttafaqun ‘alaihi)


b. Berusia masih muda

يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ جُرْدًا مُرْدًا مُكَحَّلِينَ أَبْنَاءَ ثَلاَثِينَ أَوْ ثَلاَثٍ وَثَلاَثِينَ سَنَةً
“Penghuni al jannah akan masuk ke dalam al jannah dengan keadaan rambut pendek, jenggot belum tumbuh, mata bercelak, dan berusia tiga puluh tahun atau tiga pulu tiga tahun.” (HR. At Tirmidzi).

c. Sungai dari susu dan khamr
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آَسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ
“(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada beubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak beubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?” (Q.S. Muhammad [47]: 15).

Dan masih banyak lagi gambaran kenikmatan surga yang tentunya tidak bisa terlintas dan terbayang di benak karena memang tiada bandingan dan persamaan di dunia.

4. اَلْقَرْبُ مِنَ الرَّبِّ الرَّحِيْمِ
(dekat dengan Allah yang Maha Pengasih)

Kebaikan akhirat yang keempat menurut Tafisr as-Sa’diy adalah dekat dengan Allah. ya, benar sekali. Dekat dengan Allah adalah nikmat yang tiada bandingannya. Bayangakan saja, ketika seorang hamba rindu bertemu dengan Allah kemudia ia beribadah yang salah satunya adalah shalat sebagai wujud pertemuan dengan Allah, kemudian setelah ia lolos seleksi calon ahli surga di padang mahsyar, ia pun memiliki kedekatan dengan Allah, sangat dekat. Tentunya, ketika Allah dekat, Allah mendekat tidak dengan tangan hampa. Tetapi, ada kasih sayang dan ridha yang akan diberikan kepada hamba yang dekat dengan-Nya.

Penutup
Pada intinya, kebaikan di akhirat adalah terletak pada dua kalimat, yaitu masuk surga dan selamat dari siksa neraka.

Untuk mencapai hal itu yang pasti harus ada ikhtiar maksimal. Dan, berdasarkan hadits Rasulullah saw., yang akan asuk surga itu adalah umat Beliau yang taat. Cukup dengan taat, tiket surga sudah ia genggam.
كُلُّ أُمَّتِي يَدخُلُونَ الجَنَّةَ إلاَّ مَنْ أبَى قيلَ وَمَنْ يَأبَى يَا رَسُول الله قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أبَى
“Seluruh umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau. Ditanyakan, ‘Siapa yang tidak mau masuk surga, waha Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Siapa yang taat kepadaku, dialah yang masuk surga, dan siapa yang maksiat, dialah yang tidak mau masuk surga’.” (H.R. Bukhari).

Jadi, ikhtiarnya cukup simpel. Taat dalam segala aspek kehidupan. Terutama, taat dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dunia Bagai Lautan Yang Dalam, Banyak Orang Tenggelam - Nasehat Luqmanul Hakim

Empat Tanda Memeroleh Kebaikan Dunia dan Akhirat

Ibnu Mas'ud, "Sesungguhnya Aku Benci Seseorang Yang Menganggur"

Da`ul Umam: Penyakit Hati Penyakit Masyarakat

Tahukah Anda Apa Makna Salam Dua-Tiga Jari Metal?