Syarah Hadits: Agama itu Nasehat
Pada
catatan kecil ini, kita akan membahas sebuah hadits yang familiar. Hadits ini
mengungkapkan bahwa agama itu nasehat. Jelasnya hadits tersebut berbunyi:
عَنْ
تَمِيمٍ الدَّارِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم «إِنَّمَا الدِّينُ
النَّصِيحَةُ إِنَّمَا الدِّينُ النَّصِيحَةُ إِنَّمَا الدِّينُ النَّصِيحَةُ».
فَقِيلَ لِمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ «لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَرَسُولِهِ
وَلأَئِمَّةِ الْمُؤْمِنِينَ وَعَامَّتِهِمْ»
Hadit
dari Tamim ad-Dary r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, “Agama (Islam) itu nasehat.
Agama (Islam) adalah nasehat. Agama (Islam) adalah nasehat.” Ditanyakan, “Untuk
siapa, Rasulullah?” Beliau menjawab, “Nasehat untuk Allah, kitab-Nya,
rasul-Nya, pemimpin-pemimpin kaum muslimin dan sesama mereka.” (H.R. Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi,
an-Nasa`i, Ahmad, dan ad-Darami).
Dalam hadits di atas, tiga kali Nabi
mengungkapkan bahwa agama itu nasehat. Sehingga, para sahabat penasaran,
nasehat bagi siapa agaam itu. Setelah dikonfirmasi akhirnya para sahabat mendapat
jawaban bahwa agama itu nasehat bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para imam
kaum muslimin, dan kaum muslimin secara umum.
Mari kita telaah…
Arti
Nasehat
Menurut
pendapat Ibnul Atsir, cecara bahasa, nashihah atau nasehat
berarti al-khulush (bersih atau murni). Sepadan dengan makna ini, dalam
al-Quran terdapat kalimat taubatan nashuha (lihat Q.S. at-tahrim [66]:
8). Kata nashuha dalam ayat tersebut maknanya adalah murni. Jadi, taubatan
nashuha berarti tobat yang murni. Demikian yang dijelaskan Ibnu Manzhur
dalam Lisanul ‘Arab.
Selain berarti bersih atau murni, oleh
an-Nawawi nasehat pun diartikan “menjahit”. Orang yang memberi nasehat sama
halnya dengan menjahi, yakni membetulkannya, merapatkannya, merapikannya,
walaupun terasa sakit (Syarah an-Nawawi ‘alal Muslim, I: 144).
Sedangkan dalam aspek semantik
(pemakaian kata), ‘Allamah ar-Raghib menjelaskan definisi nasehat sebagai
berikut:
اَلنُّصْحُ
تَحَرِّي فِعْلٍ أَوْ قَوْلٍ فِيْهِ صَلاَحُ صَاحِبِهِ
“An-Nushhu yaitu memilih perbuatan atau perkataan yang pantas
bagi pelakunya.”
Ringkasnya, sebagaimana yang diungkapkan
Ibnul Atsir, nasehat adalah:
كَلِمَةٌ
يُعَبَّرُ بِهَا عَنْ جُمْلَةٍ هِيَ إِرَادَةُ الْخَيْرِ لِلْمَنْصُوْحِ لَهُ
وَلَيْسَ يُمْكِنُ أَنْ يُعَبَّرَ هَذَا الْمَعْنَى بِكَلِمَةٍ وَاحِدَةٍ تَجْمَعُ
مَعْنَاهُ غَيْرَهَا
"Sebuah
kata yang digunakan untuk mengungkapkan sejumlah makna yang intinya
menginginkan kebaikan bagi si objek (al-manshuh
lahu: yang dnasehati). Dan, makna seperti ini (menginginkan kebaikan bagi si
objek) tidak mungkin terungkap oleh sebuah kata yang mencakup keseluruhan
makna, kecuali oleh kata ini (kata nasehat).” (An-Nihayah fi Gharibil
Hadits, 5:
Nah, dari definisi-definisi di atas,
jelaslah bahwa agama itu nasehat, maknanya menghendaki kebaikan dan kemurnian.
Terhadap siapa? Terhadap Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum
muslimin, dan keseluruhan kaum muslimin.
Untuk memahami hadits tersebut, mari
kita menukil pendapat Ibnu Hajar dalam Fathul Bari Syarah Kitab al-Bukhari.
Nasehat
(kemurnian) terhadap Allah
فَالنَصِيْحَةُ
للهِ وَصْفَهُ بِمَا هُوَ لَهُ أَهْلٌ، وَالْخُضُوْعُ لَهُ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا،
وَالرَّغْبَةُ فِى مَحَابِّهِ بِفِعْلِ طَاعَتِهِ، وَالرَّهْبَةُ مِنْ مَسَاخِطِهِ
بِتَرْكِ مَعْصِيَتِهِ، وَالْجِهَادُ فِى رَدِّ الْعَاصِيْنَ إِلَيْهِ
Nasehat
terhadap Allah adalah:
1.
Menyifati-Nya dengan sifat-sifat yang layak bagi-Nya
2.
Tunduk kepada-Nya secara lahir maupun batin
3.
Berharap cinta-Nya dengan mengerjakan ketaatan kepada-Nya
4.
Takut akan murka-Nya dengan meningalkan maksiat kepada-Nya
5.
Berjihad dalam menolak/mencegah setiap orang yang bermaksiat kepada-Nya
Nasehat
terhadap Kitab Allah
وَالنَّصِيْحَةُ
لِكِتَابِ اللهِ تَعَلُّمُهُ، وَتَعْلِيْمُهُ، وَإِقَامَةُ حُرُوْفِهِ فِي التِّلَاوَةِ،
وَتَحْرِيْرُهَا فِي الْكِتَاَبَةِ، وَتَفَهُّمُ مَعَانِيْهِ، وَحِفْظُ حُدَوْدِهِ،
وَالْعَمَلُ بِمَا فِيْهِ، وَذَبُّ تَحْرِيْفِ الْمُبْطَلِيْنَ عَنْهُ.
Nasihat
terhadap kitab Allah adalah dengan:
1.
Mempelajarinya
2.
Mengajarkannya
3.
Menegakkan huruf-hurufnya ketika membacanya
4.
Menyebarkannya dalam tulisan
5.
memahami maknanya
6.
Menjaga hukum-hukum yang dikandungnya
7.
Menyingkirkan tahrif (perubahan huruf) yang dilakukan oleh orang-orang yang
batil dari al-Quran
وَالنَّصِيْحَةُ
لِرَسُوْلِهِ تَعْظِيْمُهُ، وَنَصْرُهُ حَيًّا وَمَيِتًا، وَإِحْيَاءُ سُنَّتِهِ بِتَعَلُّمِهَا
وَتَعْلِيْمِهَا، وَاْلإِقْتِدَاُء بِهِ فِي أَقْوَالِهِ وَأَفْعَالِهِ، وَمَحَبَّتُهُ
وَمَحَبَّةُ أَتْبَاعِهِ.
Nasehat
terhadap rasul-Nya adalah dengan:
1.
Mengagungkannya
2.
Menolongnya ketika masih hidup maupun sudah meninggal dunia
3.
Menghidukan sunnahnya dengan mempelajari dan mengajarkannya
4.
Mengikutinya dalam perkataan maupun perbuatan
5.
Mencintainya da mencintai para pengkutnya
وَالنَّصِيْحَةُ
لِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ إِعَانَتُهُمْ عَلَى مَا حَمَلُوْا الْقِيَامَ بِهِ،
وَتَنْبِيْهُهُمْ عِنْدَ الْغَفْلَةِ، وَسَدُّ خُلَّتِهِمْ عِنْدَ الْهَفْوَةِ، وَجَمْعُ
الْكَلِمَةِ عَلَيْهِمْ، وَرَدُّ الْقُلُوْبِ النَّافِرَةِ إِلَيْهِمْ، وَمِنْ أَعْظَمِ
نَصِيْحَتِهِمْ دَفْعُهُمْ عَنِ الظُلْمِ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ.
Nasehat
terhadap para imam kaum muslimin adalah dengan:
1.
Membantu mereka dalam perkara yang bisa membuat mereka tegak (dalam
kedudukannya)
2.
Mengingatkan mereka ketika lalai
3.
Menutupi celah kelemahan mereka ketika keliru
4.
Menyatukan kalimat persatuan untuk mereka
5.
Menepis hati-hati yang membangkang terhadap mereka
6.
Yang paling besar di antara nasehat terhadap mereka adalah menolak perbuatan
zalim mereka dengan cara yang terbaik.
Pemimpin-pemimpin yang disebut Ibnu
Hajar di antaranya juga adalah ulama. Beliau melanjutkan perkataannya:
وَمِنْ
جُمْلَةِ أَئِمَةِ الْمُسْلِمِيْنَ أَئِمَةُ الْإِجْتِهَادِ، وتَقَعُ النَّصِيْحَةُ
لَهُمْ بِبَثِّ عُلُوْمِهِمْ، وَنَشْرِ مَنَاقِبِهِمْ، وَتَحْسِيْنِ الظَّنِّ بِهِمْ
Di
antara kelompok para pemimpin itu termasuk juga para imam ijtihad (ulama). Nasehat
terhadap mereka adalah dengan menyebarkan ilmu mereka, menyebarkan manaqib
(riwayat hidup) mereka, dan berprasangka baikkepada mereka.
وَالنَصِيْحَةُ
لِعَامَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ الشَّفَقَةُ عَلَيْهِمْ، وَالسَّعْيُ فِيْمَا يَعُوْدُ
نَفْعُهُ عَلَيْهِمْ، وَتَعْلِيْمُهُمْ مَا يَنْفَعُهُمْ، وَكَفُّ وُجُوْهِ الْأَذَى
عَنْهُمْ، وَأَنْ يُحِبَّ لَهُمْ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ، وَيَكْرَهُ لَهُمْ مَا يَكْرَهُ
لِنَفْسِهِ
Adapun
nasehat terhadap umat Islam secara keseluruhan adalah:
1.
Sayang kepada mereka
2.
Bersemangat terhadap hal yang bermanfaat untuk mereka
3.
Mengajarkan apa yang bermanfaat bagi mereka
4.
Menahan bentuk-bentuk hinaan dari mereka
5.
Menyukai kebaikan untuk mereka sebagaimana menyukai kebaikan untuk diri sendiri
6.
Membenci keburukan untuk mereka sebagaimana membenci keburukan untuk diri sendiri
Ringkasnya, berdasarkan qaul Imam
Ibnu Hajar tersebut, agama menuntut pengorbanan dari kita yang tulus untuk
Allah, al-Quran, Nabi Muhammad, para pemimpin kaum muslimin, para ulama, dan
kaum muslimin secara keseluruhan. Setiap muslim tidak boleh apriori, acuh, dan
tidak mau tahu dalam urusan agamanya. Ia harus memberi perhatian yang besar
terhadap agamanya. Terutama ketika agama dihina dan dicaci maki oleh kaum-kaum
pembenci, ketika Allah direndahkan, ketika Nabi dibenci dan dilecehkan, ketika
al-Quran dinodai, ketika para pemimpin kaum muslimin diperangi, dan ketika kaum
muslmin disudutkan; kita hendaknya memberi perhatian dengan mengerahka seluruh
kemamuan untuk mengupayakan pertolongan. Sehingga, madarat-madarat tidak aka
nada di dalam tubuh Islam dan kaum muslimin.
Wallahu a'lam
alhamdulillah, syukron katsir...
BalasHapus