Doa Lunas Hutang (1)
Rasulullah saw. bersabda kepada Abu Thalhah, “Carilah seorang anak laki-laki dari anak-anakmu yang bisa melayaniku hingga aku berangkat ke Khaibar.”
Maka
Abu Thalhah memboncengku di belakangnya, sementara aku pada waktu itu masih
remaja yang hampir baligh. Aku pun melayani Rasulullah saw. setiap kali beliau
singgah (di suatu tempat).
Aku
sering mendengar beliau berdoa:
اللّٰهُمَّ إنِّي أعُوذُ بكَ مِنَ الهَمِّ والحَزَنِ، والعَجْزِ والكَسَلِ،
والبُخْلِ والجُبْنِ، وضَلَعِ الدَّيْنِ، وغَلَبَةِ الرِّجَالِ
‘Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan kesedihan, dari kelemahan
dan kemalasan, dari sifat kikir dan penakut, dari lilitan utang, dan dari
tekanan manusia.’
Kemudian
kami tiba di Khaibar. Ketika Allah memberikan kemenangan atas benteng
(Khaibar), disebutkan kepada Rasulullah saw. tentang kecantikan
Shafiyyah binti Huyay bin Akhthab, yang suaminya telah terbunuh dan ia baru
saja menjadi pengantin. Maka Rasulullah saw. memilih Shafiyyah
untuk dirinya.
Beliau
pun keluar bersamanya hingga kami sampai di Sadd ash-Shahba’, lalu Shafiyyah
berhias (mandi untuk suci), dan Rasulullah saw. menikahinya di
tempat itu. Setelah itu, beliau membuat hidangan hais (campuran kurma, minyak
samin, dan tepung) di atas selembar kulit kecil, lalu bersabda, “Undanglah
orang-orang di sekitarmu.”
Itulah
walimah (pesta pernikahan) Rasulullah saw. dengan Shafiyyah. Setelah
itu kami kembali menuju Madinah. Aku melihat Rasulullah saw. membentangkan kain (selendang) di belakang beliau untuk menutupi
Shafiyyah, kemudian beliau duduk di dekat untanya dan menekuk lututnya agar
Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau untuk naik ke unta.
Ketika
kami sampai dan tampak Gunung Uhud, Rasulullah saw. bersabda, “Ini
adalah gunung yang mencintai kita dan kita pun mencintainya.”
Kemudian
beliau memandang ke arah Madinah dan bersabda:
اللّٰهُمَّ إنِّي أُحَرِّمُ ما بيْنَ لَابَتَيْهَا بمِثْلِ ما حَرَّمَ
إبْرَاهِيمُ مَكَّةَ، اللَّهُمَّ بَارِكْ لهمْ في مُدِّهِمْ وصَاعِهِمْ
“Ya
Allah, aku jadikan daerah antara dua lava (batu hitam) Madinah ini sebagai
tanah haram sebagaimana Ibrahim menjadikan Makkah tanah haram. Ya Allah,
berkahilah mereka dalam takaran mudd dan sha‘-nya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Komentar
Posting Komentar
Sharing Yuk...!