7 Catatan Seminar Fikih Lingkungan - Menjaga Kelestarian Lingkungan adalah IBADAH

 

Menghadirkan Prof. Dr. M. Abdurrahman, MA (guru besar UNISBA, Ketua Majelis Penasehat PP Persatuan Islam); Bang Acong (Budayawan), Kang Rido (aktivis sosial) dan Bu Dewi (Dinas Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya); Pimpinan Daerah Pemuda Persatuan Islam Kota Tasikmalaya melalui Bidang Sosial menyelenggarakan Seminar Fikih Lingkungan. Acara ini digagas sebagai bentuk perhatian Pemuda Persis terhadap lingkungan yang data dan faktanya menunjukkan krisis bukan hanya di negara tercinta Indonesia, tetapi juga di belahan dunia lainnya.

Event tersebut diselenggarakan di Aula Kantor PC Persis Cipedes Kota Tasikmalaya pada hari Ahad tanggal 21 Maret 2021.

Dari seminar Fikih Lingkungan tersebut, sedikitnya saya mencatat 7 hal yang harus menjadi aksi yang bisa kita upayakan.  

Pertama, menjaga kelestarian lingkungan salah satuya dengan menjaga kebersihan. Menjaga kebersihan adalah satu diantara 60 cabang keimanan. Jadi, jika kita merasa sebagai orang yang beriman, mari menjaga kebersihan dengan sekemampuan. Ini aksi pertama.

Kedua, terkait sampah, sebagaimana dijelaskan oleh salah seorang pemateri bahwa ada tiga jenis sampah: organic, anorganik dan residu; mulai saat ini mari memiliki minimal 2 tong sampah di rumah untuk sampah organik dan anorganik-residu, dan maksimal 3 buah untuk masing-masing kategori sampah. Meskipun faktanya, setelah di TPS, sampah kita diacak-acak oleh para pemulung. Minimal dari hulu (rumah) sudah sesuai tanggungjawab dan kewajiban terhadap sampah.

Ketiga, sampah anorganik yang bisa kita manfaatkan, mari kita manfaatkan seperti yang disampaikan kang Rido. Bisa untuk produk rumah tangga seperti kursi dan meja atau barang-barang lain yang bisa kita manfaatkan. Selain untuk kebutuhan rumah tangga, bisa pula bernilai ekonomis dan bisnis.

Keempat, khusus bagi para perokok, puntung rokok tolong disimpan di botol AMDK seperti yang dijelaskan Bu Dewi dari Dinas Lingkungan Hidup. Karena, filter rokok baru bisa hancur sekitar  300 tahun (mohon koreksi kalau salah tangkap).

Kelima, terkait sampah, yang paling pokok adalah tidak membuang sampah sembarangan. Sebungkus cangkang permen pun tolong buang pada tempat sampah. Jika belum menemukan tempat sampah, pegang dulu atatu kantongin dulu sampai Anda menemukan tempat sampah. Ini ujian keimanan. Karena, menurut sebuah hadits, kebersihan itu sebagian dari iman.

Keenam, Pemuda Persis, harus jadi pioneer dakwah lingkungan hidup. Harus ada muballigh yang berdakwah mengambil tema-tema terkait lingkungan hidup sebagaimana yang diinginkan Bang Acong dan Prof. Maman. Mungkin semacam Duta Dakwah Lingkungan Hidup. Sampaikan bahwa buang sampah sembrangan itu mencerminkan tingkat keimanan yang rendah. Sampaikan bahwa menjaga kelestarian lingkungan itu adalah ibadah.

Ketujuh, yang paling fundamental membangun hal ini adalah mari sama-sama berusaha untuk meningkatkan keimanan dan amal shaleh, mari membangun self awarness (kesadaran diri). Karena kita adalah Teladan Pembangun Peradaban.

Nah, demikian catatan dari saya. Mungkin teman-teman yang ikutan berbeda sudut pandang atau sudut dengar kali ya, hehe… Paling tidak ada beberapa yang beririsan dengan catatan saya tersebut.

Sebagaimana salah seorang teman berujar, seminar itu jangan hanya seminar kemudian bubar tanpa aksi. Maka, mari buktikan bahwa kita benar-benar beraksi bukan omdo. Bukan showwing up retorika belaka. Bukan panggung jago bicara. Tapi, seminar harus menjadi pemantik afeksi dan psikomotor, pada ujungnya kita memiliki sikap dan perilaku konatif.

Seandainya kita belum bisa mewujudkan solusi, setidaknya kita tidak menjadi (meminimalisir) sumber permasalahan lingkungan dari rumah hingga ke tempat publik.

 Info tambahan:

1.  Rata-rata setiap orang menghasilkan 0,4 kg sampah per hari (menuruti penelitian Dinas LH Kota Tasik)
2. Jumlah penduduk Kota Tasik sekitar 664.312 (thn 2020)
3. Artinya, rata-rata 292.297 kg (292,2 ton) per hari sampah dari tiap orang Kota Tasik.

Wallahu a’lam