Tiga Pelajaran Bisnis Dari Tukang Sate
Namanya Mang Suna. Lahir tahun 1959 (coba hitung berapa tahun usianya? Hehe...). Sejak 1982 saat Gunung Galunggung meletus, hingga kini ia berjualan sate (sudah berapa tahun coba? Hehe...). Rumahnya di Sambong Pari. Kliling dorong roda sate dari Sambong ke Paseh, terus ke Nagarawangi. Jika belum habis, ia mangkal di Padayungan. Kemudian, pulang ke Sambong Pari. Saya hitung kurang lebih 6-7 km jarak tempuhnya. "Kieu we... Mamang mah ti basa eta teu acan gaduh nanaon (Begini saja, dari dulu Mamang belum punya apa-apa)." Jelas beliau. Saya hanya tersenyum tidak membalas pernyataannya. Mencoba terus menyimak dan memerhatikan curhatannya. "Biasana seep 15 kg-an jualan sate ayam. Nuju usum corona kieu mah paling 5 kg (Biasanya habis 15 kg jualan sate ayam. Lagi musim corona paling habis 5 kg)." Tandas beliau. Wah berarti dampaknya hampir 70% omset Mang Suna menurun. Saya sedikit cerita Mang Suna karena ada tiga hal yang ingin saya sampaikan. Pertama , saat saya na...