Harga Sahabat: Lebih Murah, Sesuai Penawaran atau Lebih Tinggi?

 

Salah satu hal yang biasa terjadi dalam transaksi bisnis adalah permintaan "harga sahabat". Harga sahabat ini entah kapan munculnya, yang pasti ini istilah untuk mendapatkan potongan harga hingga benar-benar jadi murah.

 

Anda sering mengalami permintaan harga sahabat? Atau, Anda yang suka minta harga sahabat? Hehehe...

 

Kita mungkin tidak atau belum paham, ngapain sih orang jualan sebuah produk. Yang kita tahu bahwa orang jualan itu untuk nyari uang. Pernahkah terbersit bahwa ada tujuan lain yang lebih mulia sekedar dapat uang? Untuk kebutuhan anak dan istrinya, untuk membiayai kehidupan orang tuanya yang sudah renta, untuk membiayai putra-putrinya yang lagi mesantren, untuk mendanai masjid/mushala, untuk membantu dana perjuangan dakwah Islam, dll.

 

Kalau husnuzhan-nya kita ke arah sana, tentunya kita merasa senang karena ketika kita belum mampu, ada orang lain yang sudah menajalankan bisnis untuk tujuan lebih mulia dari sekedar dapat duit. Sangat layak kita support. Salah satunya dengan membeli produk yang ia tawarkan.

Pada faktanya, mungkin ini kebanyakan bahwa saat membeli ingin semurah-murahnya, giliran menjual ingin dapat harga tinggi. Beneran! Hingga muncullah istilah tadi: harga sahabat. Harga terendah yang ingin didapat.

 

Pertanyaannya gini, “Sebenarnya harga sahabat yang bener itu gimana sih?”

 

Menurut versi pembeli, harga sahabat itu murah. Menurut versi penjual, harga sahabat itu ya sesuai penawaran, apalagi mau bayar harga di atas penawaran, hehe... Jadi, harga sahabat itu yang benar yang mana sih? Minta lebih murah, sesuai penawaran atau inisiatif membayar lebih?

 

Pengalaman saya sebagai seller jas dan blazer, harga sahabat itu ya sesuai penawaran saja. Jika 1 stel jas nikah saya tawarkan Rp 850.000, ya sudah segitu saja bayarnya. Tidak menawar lagikipun ya ada hak khiyar untuk mendapat harga win-win solution. Setelah itu, nanti saya kasih cashback sebagai bentuk persahabatan. Atau, Anda yang ngasih lebih dari harga yang saya tawarkan. Hehehe...

 

Jika saya sebagai buyer, saya pantang untuk menawar apalagi ke sesama muslim. Kecuali, saya tahu harga standar sebuah produk. Misal, sebuah produk ditawarkan Rp 1.000.000, padahal saya tahu harga pasarnya Rp 800.000, nah saya lakukan khiyar untuk mendapatkan harga standar, bukan untuk mendapatkan harga lebih rendah dari standar. Tapi, jika yang ditawarkan harganya sudah standar, saya pantang untuk minta kurang. Kalau bisa mah kembaliannya dikasih saja. Itung-itung bentuk support.

 

Jadi itu teman-teman, kita saling mendukung untuk kemajuan bersama: berikan harga terbaik, baik saat sebagai penjual atau saat menjadi pembeli. Insyaallah akan ada keberkahan dalam usaha kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan arahan:

 

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ وَإِذَا اشْتَرَى وَإِذَا اقْتَضَى

Dari Jabir bin Abdullah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Allah merahmati orang yang memudahkan ketika menjual, membeli dan meminta haknya.” (HR. Bukhari)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dunia Bagai Lautan Yang Dalam, Banyak Orang Tenggelam - Nasehat Luqmanul Hakim

Empat Tanda Memeroleh Kebaikan Dunia dan Akhirat

Ibnu Mas'ud, "Sesungguhnya Aku Benci Seseorang Yang Menganggur"

Da`ul Umam: Penyakit Hati Penyakit Masyarakat

Tahukah Anda Apa Makna Salam Dua-Tiga Jari Metal?