Kisah Ma'iz bin Malik: Berzina Kemudian Masuk Surga?
Dalam hadits riwayat Bukhari dikisahkan oleh Ikrimah dan Ibnu Abbas:
لَمَّا
أَتَى مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
لَهُ لَعَلَّكَ قَبَّلْتَ أَوْ غَمَزْتَ أَوْ نَظَرْتَ قَالَ لَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ أَنِكْتَهَا لَا يَكْنِي قَالَ فَعِنْدَ ذَلِكَ أَمَرَ بِرَجْمِهِ
“Ketika Ma'iz bin Malik menemui Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, Nabi bertanya, ‘bisa jadi kamu hanya sekedar mencium,
meremas, atau memandang!’ Ma'iz menjawab, ‘Tidak ya Rasulullah!’ -beliau
bertanya lagi, ‘Apakah kamu benar-benar menyetubuhinya?’ -beliau tidak
menggunakan bahasa kiasan.- maka pada saat itu dia pun dirajam. (HR. Bukhari).
Dalam Kitab Durus lil-Syaikh Muhammad
Hasan (Juz 50 hlm. 7):
Ma'iz bin Malik datang sendiri dengan
berjalan kaki kepada Nabi yang tercinta untuk mengatakan, "Ya
Rasulullah! Sucikan aku."
Nabi yang tercinta berkata, "Celaka
kamu, kembalilah, mohonlah ampun kepada Allah dan bertobatlah kepada-Nya."
Nabi berkata kepadanya, "Celaka
kamu! Kembalilah, mohonlah ampun kepada Allah dan bertobatlah kepada-Nya."
Ma'iz pun kembali, namun tidak pergi
jauh, lalu datang lagi untuk kedua kalinya dan berkata, "Ya Rasulullah!
Sucikan aku."
Maka Nabi berkata lagi untuk kedua
kalinya, "Celaka kamu, kembalilah, mohonlah ampun kepada Allah dan
bertobatlah kepada-Nya."
Ma'iz bin Malik kembali lagi, namun tidak
pergi jauh, kemudian datang lagi kepada Nabi untuk ketiga kalinya dan berkata, "Ya
Rasulullah! Sucikan aku."
Lalu Nabi berkata, "Celaka kamu,
kembalilah, mohonlah ampun kepada Allah dan bertobatlah kepada-Nya."
Ma'iz kembali lagi, namun tidak pergi
jauh, kemudian datang lagi untuk keempat kalinya dan berkata, "Ya
Rasulullah! Sucikan aku."
Nabi bertanya, "Dari apa aku harus mensucikanmu, wahai Ma'iz?"
Ma'iz menjawab, "Dari zina."
Nabi bertanya kepada para sahabat, "Apakah
dia gila?"
Mereka menjawab, "Tidak, ya
Rasulullah, dia tidak gila."
Nabi bertanya lagi, "Apakah dia
telah meminum khamar sehingga khamar itu mempengaruhi pikirannya?"
Lalu salah seorang sahabat mendekat dan
mencium mulutnya, kemudian berkata, "Tidak, ya Rasulullah, dia tidak
meminum khamar."
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
memerintahkan agar Ma'iz dirajam. Setelah dua atau tiga hari, Nabi kembali
duduk di majelis dan berkata, "Mohonlah ampunan untuk saudara kalian,
Ma'iz bin Malik."
Para sahabat berkata, "Semoga
Allah mengampuni Ma'iz bin Malik."
Maka Nabi bersabda, "Demi Zat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh dia telah bertaubat dengan taubat
yang seandainya dibagikan kepada seluruh umat, niscaya akan mencukupi
mereka."
Pelajaran Penting
1. Kesadaran
Diri dan Taubat
Kesadaran diri dan taubat merupakan hal yang
penting. Ma'iz bin Malik datang sendiri kepada Rasulullah untuk meminta
disucikan, menunjukkan kesadaran yang tinggi atas dosa yang dia lakukan. Hal
ini mengajarkan betapa pentingnya menyadari kesalahan dan keinginan untuk
bertaubat kepada Allah.
2. Pentingnya
Taubat dan Istighfar
Taubat dan istighfar memiliki peran sentral dalam
Islam. Rasulullah beberapa kali menasihati Ma'iz untuk kembali dan bertaubat
kepada Allah, menunjukkan bahwa Islam sangat mengutamakan taubat sebagai jalan
pengampunan tanpa harus segera menjalankan hukuman fisik.
3. Rasulullah Tidak Buru-buru Mengambil Tindakan
Rasulullah tidak buru-buru mengambil tindakan.
Meskipun Ma'iz berulang kali datang meminta hukuman, Rasulullah justru memberi
kesempatan kepadanya untuk kembali dan bertaubat, menunjukkan kebijaksanaan dan
kehati-hatian dalam setiap keputusan.
4. Verifikasi dan Kehati-hatian Sebelum Hukuman
Verifikasi dan kehati-hatian sebelum menjatuhkan
hukuman merupakan prinsip penting dalam Islam. Rasulullah memastikan keadaan
Ma'iz dengan bertanya kepada para sahabat apakah dia gila atau mabuk sebelum
memutuskan hukuman, menekankan pentingnya verifikasi.
5. Taubat yang Tulus Diterima Allah
Taubat yang tulus akan diterima Allah. Setelah Ma'iz
dirajam, Rasulullah meminta para sahabat untuk memohonkan ampunan bagi Ma'iz
dan menegaskan bahwa taubat Ma'iz sangat tulus sehingga jika dibagikan kepada
seluruh umat, akan mencukupi mereka.
6. Islam Agama Kasih Sayang
Islam adalah agama kasih sayang. Kisah ini
menggambarkan bahwa Islam bukanlah agama yang "haus darah" seperti
yang sering disalahpahami, tetapi agama yang penuh dengan kasih sayang,
pemaafan, dan kesempatan untuk memperbaiki diri.
Komentar
Posting Komentar
Sharing Yuk...!