Pengangguran Dunia dan Akhirat - Bangun Semangat Produktivitas!
Kali ini kita akan menelaah ungkapan dari sahabat Abdullah
bin Mas’ud berikut:
إِنِّي
لَأُبْغِضُ الرَّجُلَ أَنْ أَرَاهُ فَارِغًا لَيْسَ فِي شَيْءٍ، مِنْ عَمَلِ
الدُّنْيَا وَلَا فِي عَمَلِ الْآخِرَةِ
"Sesungguhnya aku sangat benci melihat seseorang yang
pengangguran, tidak bekerja untuk dunia dan tidak pula beramal untuk akhirat."
(Shifatush Shafwah, 1: 414).
Ungkapan tersebut membawa pesan penting tentang produktivitas, baik dalam urusan dunia maupun akhirat. Ungkapan tersebut mengajak kita untuk merenungkan betapa pentingnya mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat, baik untuk kehidupan duniawi maupun untuk persiapan kehidupan setelah mati. Melalui ungkapan ini, kita diajak memahami bahwa hidup yang dijalani tanpa tujuan, tanpa kerja, dan tanpa amal, adalah hidup yang merugi.
1. Produktivitas sebagai Cerminan Keimanan
Dalam Islam, seorang mukmin
diajarkan untuk menjadi pribadi yang aktif dan produktif. Produktivitas dalam
bekerja adalah salah satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Islam tidak hanya
mengajarkan ibadah ritual seperti shalat dan puasa, tetapi juga ibadah yang
bersifat sosial, seperti bekerja dan berusaha memberikan manfaat kepada orang
lain. Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
"Sebaik-baik manusia adalah
yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ibnu Hibban, Thabrani).
Hadits ini sejalan dengan prinsip bahwa bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi, tetapi juga sebagai bentuk kontribusi kepada masyarakat.
2. Kewajiban Bekerja untuk Dunia
Bekerja adalah bentuk ibadah yang
penting dalam Islam. Allah SWT memerintahkan manusia untuk mencari nafkah yang
halal dan menjaga diri dari kemiskinan. Ketika seseorang bekerja, ia tidak
hanya memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, tetapi juga menjalankan amanah yang
Allah titipkan kepadanya. Dalam QS. Al-Mulk (67): 15, Allah berfirman:
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا
فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهِۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ
“Dialah yang menjadikan bumi
mudah bagi kalian, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah dari
rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
Ayat ini menegaskan bahwa manusia diperintahkan untuk berusaha, mencari nafkah, dan memanfaatkan sumber daya yang Allah ciptakan di bumi.
3. Menghindari Sikap Malas dan Pengangguran
Malas dan pengangguran bukanlah
sifat yang disukai dalam Islam. Rasulullah ﷺ
mencontohkan kepada umatnya untuk selalu produktif dan tidak bergantung kepada
orang lain. Beliau juga sering berdoa agar dijauhkan dari sifat malas. Dalam
sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
اللّٰهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكَسَلِ وَالْهَرَمِ وَالْمَغْرَمِ وَالْمَأْثَمِ
“Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari rasa malas, kepikunan, terlilit hutang, dan dari kesalahan.”
(HR. Bukhari).
Orang yang menganggur tanpa tujuan, tidak bekerja untuk dunia maupun akhirat, akan menyia-nyiakan waktu dan potensi yang Allah berikan kepadanya. Waktu adalah salah satu nikmat terbesar yang sering disia-siakan, padahal setiap detik akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.
4. Amal untuk Akhirat, Bekal yang Abadi
Selain bekerja untuk memenuhi
kebutuhan dunia, seorang mukmin juga dituntut untuk mempersiapkan bekal
akhirat. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hasyr (59) ayat 18:
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ
وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا
تَعْمَلُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang
telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah.
Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Amal saleh adalah investasi yang abadi, yang pahalanya akan kita rasakan di kehidupan setelah mati. Jika seseorang hanya sibuk dengan urusan dunia tanpa mengingat akhirat, maka hidupnya akan kehilangan arah. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang hanya berfokus pada akhirat tetapi melupakan tanggung jawab dunia, ia juga akan mengalami kerugian.
5. Pentingnya Dunia Selain Fokus Akhirat
Islam menuntun kita untuk hidup seimbang antara urusan dunia
dan akhirat. Allah SWT berfirman:
وَابْتَغِ
فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ
الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ
فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
“Dan carilah (pahala) negeri
akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah
kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”
(QS. Al-Qasas [28]: 77).
Ayat ini menekankan pentingnya keseimbangan antara upaya mencari rezeki di dunia dan persiapan untuk akhirat. Tidak ada yang salah dengan berusaha dan mencari kekayaan, selama niatnya adalah untuk kebaikan dan tidak melupakan akhirat.
6. Kerugian Orang yang Tidak Beramal
Orang yang hanya hidup untuk
dirinya sendiri tanpa tujuan yang jelas, baik dalam urusan dunia maupun
akhirat, akan merugi. Mereka kehilangan kesempatan untuk meraih pahala dan
kebahagiaan sejati. Rasulullah ﷺ
bersabda:
نِعْمَتَانِ
مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua nikmat yang sering dilupakan
oleh banyak orang adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari).
Waktu luang yang tidak digunakan untuk hal yang bermanfaat akan menjadi saksi yang memberatkan di hari kiamat. Sebaliknya, jika waktu itu diisi dengan amal saleh dan kerja keras, ia akan menjadi ladang pahala.
Kesimpulan: Pentingnya Produktivitas Dunia dan Akhirat
Ungkapan yang menyebutkan
kebencian terhadap orang yang menganggur baik dalam urusan dunia maupun akhirat
mengajarkan kepada kita pentingnya keseimbangan dan produktivitas dalam
menjalani hidup. Seorang Muslim seharusnya aktif dan produktif, baik dalam
pekerjaan dunia maupun ibadah akhirat. Dengan menjalani kehidupan yang seimbang
dan bermanfaat, kita akan mendapatkan keberkahan, kedamaian, dan ridha Allah
SWT. Keseimbangan antara amal dunia dan akhirat akan menjadikan kita sebagai
hamba yang dicintai Allah serta manusia yang berguna bagi orang lain.
Komentar
Posting Komentar
Sharing Yuk...!