Munafik: Definisi, Macam dan Ciri-cirinya
المسألةُ الأولى: تعريفُ النِّفاقِ لُغةً
النِّفاقُ لُغةً:
مُخالفةُ الباطِنِ للظَّاهِرِ، مأخوذٌ مِن نافقاءِ اليربوعِ؛ لأنَّه يدخُلُ من
بابٍ ويخرُجُ من بابٍ، فقيل للمنافِقِ: (مُنافِقٌ)؛ لأنَّه يخرُجُ مِنَ الإسلامِ
مِنْ غير الوَجهِ الذي دَخَلَ فيه؛ وذلك أنَّه دخَلَ عَلانِيةً وخرج سِرًّا، وأصلُ
(نفق): يدُلُّ على إخفاءِ شَيءٍ وإغماضِه.
Masalah Pertama: Definisi Nifaq Secara Bahasa
Nifaq secara bahasa adalah
ketidaksesuaian antara batin dan lahir, diambil dari kata "nafiqaa'
al-yarbu' (jalan rahasia binatang tikus padang pasir)", karena binatang
ini masuk dari satu lubang dan keluar dari lubang yang lain. Maka disebutlah
orang yang munafik sebagai "munafik" karena ia keluar dari Islam
tidak melalui jalan yang ia masuki; yaitu ia masuk secara terang-terangan namun
keluar secara diam-diam. Asal kata "nifaq" berarti menyembunyikan
sesuatu dan menutupi hal tersebut. ‒
Maqayis al-Lughah li Ibn Faris (5/454), At-Tafsir al-Basit lil-Wahidi
(6/158), Al-Mufradat lir-Raghib (hal. 819), Fath al-Bari li Ibn Hajar (1/89).
المسألةُ الثَّانيةُ: تعريفُ النِّفاقِ اصطِلاحًا
النِّفاقُ في الاصطلاحِ
هو: القَولُ أو الفِعلُ بخِلافِ ما في القَلبِ مِن الاعتقادِ، والمُنافِقُ هو الذي
يَستُرُ كُفرَه ويُظهِرُ إيمانَه، وهو اسمٌ إسلاميٌّ لم تعرِفْه العَرَبُ بالمعنى
المخصوصِ به، وإن كان أصلُه في اللُّغةِ معروفًا .
Masalah Kedua: Definisi Nifaq
Secara Istilah
Nifaq secara istilah adalah
perkataan atau perbuatan yang bertentangan dengan apa yang diyakini dalam hati.
Seorang munafik adalah orang yang menyembunyikan kekafirannya dan menampakkan
keimanannya. Ini adalah istilah yang dikenal dalam Islam dan tidak dikenal oleh
bangsa Arab dengan makna khusus tersebut, meskipun asal katanya sudah dikenal
dalam bahasa. ‒ Sabil al-Huda wa ar-Rasyad fi Sirah Khair al-'Ibad
oleh ash-Shalihi, (3/416), 'Aridhah al-Ahwazi, (10/71), Nawaqidh al-Iman al-I'tiqadiyyah oleh al-Wuhaibi, (hal.
308).
Macam-macam
Nifak
وقال
ابنُ كثيرٍ: (النِّفاقُ هو إظهارُ الخيرِ وإسرارُ الشَّرِّ، وهو أنواعٌ:
اعتقاديٌّ، وهو الذي يخَلِّدُ صاحِبَه في النَّارِ، وعَمَليٌّ، وهو من أكبرِ
الذُّنوبِ)
Ibnu Katsir berkata: "Nifaq
adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan keburukan, dan nifaq itu ada
beberapa jenis: nifaq i'tiqadi (keyakinan), yang menyebabkan pelakunya kekal di
neraka, dan nifaq amali (perbuatan), yang termasuk dosa besar." ‒ Tafsir Ibnu Katsir, (1/176).
Ciri-ciri
Munafik
وَاِذَا
رَاَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ اَجْسَامُهُمْۗ وَاِنْ يَّقُوْلُوْا تَسْمَعْ
لِقَوْلِهِمْۗ كَاَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ ۗيَحْسَبُوْنَ كُلَّ صَيْحَةٍ
عَلَيْهِمْۗ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْۗ قَاتَلَهُمُ اللّٰهُ ۖ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ
"Dan apabila kamu melihat
mereka, tubuh-tubuh mereka mengagumkanmu. Jika mereka berbicara, kamu
mendengarkan perkataan mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka
mengira setiap teriakan ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang
sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka. Allah memerangi mereka; betapa
mereka dipalingkan (dari kebenaran)." ‒
QS. Al-Munafiqun (63): 4.
Penjelasan Makna Ayat:
1. Penampilan Luar yang
Menipu:
"Apabila kamu melihat
mereka, tubuh-tubuh mereka mengagumkanmu" artinya, secara fisik atau
penampilan luar, orang munafik tampak mengesankan, membuat orang lain
terkesima. Namun, ini hanyalah penampilan luar tanpa adanya substansi atau
keimanan yang benar di dalam hati mereka.
2. Ucapan yang Memikat:
"Jika mereka berbicara, kamu
mendengarkan perkataan mereka" artinya, mereka pandai berbicara dengan
gaya yang membuat orang lain tertarik mendengarkan. Namun, ucapan mereka tidak
mencerminkan kejujuran atau kebenaran, hanya untuk menipu dan menyembunyikan
niat buruk.
3. Seperti Kayu yang
Tersandar:
"Mereka seakan-akan kayu
yang tersandar" adalah perumpamaan bagi orang munafik yang tampak kokoh
dari luar tetapi sebenarnya lemah dan tidak berguna. Kayu yang tersandar
menggambarkan betapa mereka tidak memiliki kekuatan batin dan hanya menjadi
beban.
4. Selalu Merasa Terancam:
"Mereka mengira setiap
teriakan ditujukan kepada mereka" artinya, mereka selalu merasa ketakutan
dan curiga bahwa segala hal buruk yang terjadi berkaitan dengan mereka, karena
hati mereka dipenuhi kegelisahan dan rasa bersalah.
5. Musuh yang Harus
Diwaspadai:
"Mereka itulah musuh (yang
sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka" Allah memperingatkan bahwa
orang-orang munafik adalah musuh yang sangat berbahaya karena mereka
menyembunyikan niat jahat di balik penampilan luar yang baik. Karena itu, Allah
memerintahkan untuk waspada terhadap mereka.
6. Allah Memerangi Mereka:
"Allah memerangi mereka;
betapa mereka dipalingkan (dari kebenaran)" ini adalah seruan dari Allah
untuk memerangi orang-orang munafik karena tipu daya dan kemunafikan mereka.
Mereka telah dijauhkan dari kebenaran dan terus terjerumus ke dalam kesesatan.
اِنَّ
الۡمُنٰفِقِيۡنَ يُخٰدِعُوۡنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُوْهُمۡ ۚ وَاِذَا قَامُوۡۤا
اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوۡا كُسَالٰى ۙ يُرَآءُوۡنَ النَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُوۡنَ
اللّٰهَ اِلَّا قَلِيۡلًا
“Sesungguhnya
orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka.
Apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka lakukan dengan malas. Mereka
bermaksud ria (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat
Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa [4]: 142).
Malas
Melaksanakan Shalat
إنَّ
أَثْقَلَ صَلَاةٍ علَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ العِشَاءِ وَصَلَاةُ الفَجْرِ،
ولو يَعْلَمُونَ ما فِيهِما لأَتَوْهُما ولو حَبْوًا، وَلقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ
بالصَّلَاةِ، فَتُقَامَ، ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فيُصَلِّيَ بالنَّاسِ، ثُمَّ
أَنْطَلِقَ مَعِي برِجَالٍ معهُمْ حُزَمٌ مِن حَطَبٍ إلى قَوْمٍ لا يَشْهَدُونَ
الصَّلَاةَ، فَأُحَرِّقَ عليهم بُيُوتَهُمْ بالنَّارِ.
“Sesungguhnya
shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat Isya' dan
shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang ada dalam keutamaannya,
niscaya mereka akan mendatanginya, walaupun dengan merangkak. Sungguh aku telah
berniat untuk memerintahkan shalat didirikan, lalu aku memerintahkan seseorang
untuk mengimami manusia, kemudian aku pergi bersama beberapa orang lelaki yang
membawa ikatan-ikatan kayu bakar menuju orang-orang yang tidak menghadiri
shalat (berjamaah), lalu aku akan membakar rumah-rumah mereka dengan api.” (HR.
Muslim)
دَخَلَ
عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ الْمَسْجِدَ بَعْدَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ، فَقَعَدَ
وَحْدَهُ، فَقَعَدْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ: يَا ابْنَ أَخِي، سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ
فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ، وَمَنْ صَلَّى
الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ.
Utsman
bin Affan masuk ke masjid setelah shalat Maghrib, lalu ia duduk sendirian. Aku
pun duduk di dekatnya, maka ia berkata, “Wahai keponakanku, aku mendengar
Rasulullah ﷺ bersabda, 'Barang siapa yang shalat
Isya berjamaah, maka seakan-akan dia telah berdiri (beribadah) setengah malam.
Dan barang siapa yang shalat Subuh berjamaah, maka seakan-akan dia telah shalat
sepanjang malam.'” (HR. Muslim).
Khianat,
Dusta, Ingkar Janji dan Curang
أَرْبَعٌ
مَن كُنَّ فيه كانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، ومَن كَانَتْ فيه خَصْلَةٌ منهنَّ
كَانَتْ فيه خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حتَّى يَدَعَهَا: إذَا اؤْتُمِنَ خَانَ،
وإذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وإذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وإذَا خَاصَمَ فَجَرَ.
“Empat
sifat, siapa yang memilikinya maka ia adalah seorang munafik sejati. Dan siapa
yang memiliki salah satu dari sifat-sifat tersebut, maka ia memiliki salah satu
sifat kemunafikan hingga ia meninggalkannya: (1) ketika dipercaya, ia
berkhianat; (2) ketika berbicara, ia berdusta; (3) ketika berjanji, ia
mengingkari; dan (4) ketika berselisih, ia berbuat curang.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Komentar
Posting Komentar
Sharing Yuk...!