7 Ciri Khas Orang Bertakwa (Bagian 1) - Diari Ilmu #7
Setelah kita
membahas tentang takwa definisi bahasa dan istilah, kemudian tentang
hadiah-hadiah yang Allah berikan, kini kita akan mengenali ciri-ciri yang khas seseorang
disebut sebagai orang bertakwa. Namun, pembahasannya tidak terlalu dalam. Ringan-ringan
saja. Kita hanya ingin mengenali secara umum dan mudah-mudahan kemudian bisa
menjadi pemantik azam untuk mengaktualisasikannya di dalam keseharian. Dan,
ciri-ciri khas orang bertakwa dalam kesempatan ini adalah pilihan dari beberapa
ayat al-Quran.
Baik kita mulai
Ciri Khas #1
Beriman (Meyakini)
Urusan Ghaib
Ciri khas orang
bertakwa yang pertama kali Allah sebut dalam al-Quran adalah meyakini terhadap
hal-hal ghaib. Ghaib itu bukan berarti tidak ada. Ghaib itu ada
tetapi secara lahiriyah tidak bisa dijangkau. Allah SWT sendiri ghaib
tetapi tidak dapat dijangkau oleh indra kita. Malaikat, jin, pahala atau
ganjaran amal shalih, surga dan neraka; ini termasuk hal-hal ghaib yang
diyakini eksistensinya oleh orang-orang bertakwa.
Allah SWT
berfirman:
ذَٰلِكَ
الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ، الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ
بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Kitab
(Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa; (yaitu)
mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah [2]:
2-3)
Ciri pertama
yang disampaikan oleh Allah pada ayat tersebut adalah beriman atau meyakini
terhadap yang ghaib. Syaikh Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsirnya, al-Munir,
menjelaskan:
(بِالْغَيْبِ) مَا غَابَ عَنِ
الْإِنْسَانِ مِنْ حِسَابٍ وَجَزَاءٍ وَجَنَّةٍ وَنَارٍ وَغَيْرِهَا
“Yang
dimaksud ‘ghaib’ adalah apa yang tersembunyi dari manusia baik urusan hisab,
balasan, surga, neraka, dan lain-lain.”
Kita ambil
sampel misalnya yang termasuk perkara ghaib sebagaimana yang dijelaskan oleh
az-Zuhaili adalah adanya pahala dari amal ibadah yang dilakukan. Seperti apa
wujud pahala, tidak ada yang tahu karena pahala masih ghaib. Pahala itu adalah
surga. Oke, meskipun oleh Allah dan Rasul-Nya telah digambarkan tentang surga,
tetapi hal itu masih dalam bentuk abstark, belum kongkret dan bisa terjangkau
oleh panca indera.
Lalu, seseorang
kemudian meyakini itu akan benar-benar didapat ketika beramal shaleh. Dan,
akhirnya orang itu beramal shaleh dengan sangat giat. Dia menjalankan kewajiban
dengan ikhlas dan hati-hati, dia melakukan amalan tambahan (mandub, sunat):
rajin shalat tahajud, shalat rawatib, shadaqah, dan lain-lain padahal pahalanya
belum kongkret (masih ghaib). Nah, orang seperti ini oleh Allah disebut orang
bertakwa calon penghuni surga.
Misalnya
pula kenapa ada orang yang bersegera berangkat ke masjid demi mendapatkan shaf
pertama berjamaah di masjid? Karena ia yakin pahalanya sangat besar meski ia
tidak tahu bagaimana bentuk dan besar pahalanya karena masih ghaib. Ketika keyakinan
akan pahala (hal ghaib) tidak ada, perhatikan sikap orang ketika harus
menjalankan kewajiban. Banyak yang berleha-leha. Banyak yang menunda-nunda
padahal tidak ada udzur syar’i. tidak sedikit pula yang abai, padahal masjid
hanya sepuluh langkah dari rumahnya.
Ciri
Khas #2
Mendirikan
Shalat
Ciri selanjutnya
dari orang bertakwa adalah mendirikan shalat. Ini bisa dipahami sebagai buah
dari ciri pertama (keyakinan pada hal ghaib). Dalilnya masih terdapat dalam
Surat al-Baqarah ayat 2-3 sebagaimana dijelaskan di poin pertama.
Mendirikan
shalat yang bagaimana yang termasuk kategori orang bertakwa? Dalam Tafsir
al-Munir, Syaikh Wahbah a-Zuhaili menjelaskan:
ذَٰلِكَ
الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ، الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ
بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Kitab
(Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa; (yaitu)
mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah [2]:
2-3)
ثم يؤدون
الصلاة على الوجه الأكمل بشروطها وأركانها وآدابها وخشوعها، فالصلاة من دون خشوع وتأمل
فى المقروء فيها وتدبر للمعاني القرآنية وخشية لله جسم بلا روح
“Kemudian
menunaikan shalat dengan sempurna syarat-syaratnya, rukun-rukunnya,
adab-adabnya, dan kekhusyuannya. Shalat tanpa khusyu, penuh harap pada doa yang
dibaca, mentadaburi makna al-Quran, dan takut pada Allah; bagaikan tubuh tanpa
ruh.”
Tidak mudah
untuk menjadi orang bertakwa ternyata. Dalam ibadah shalat saja harus
benar-benar sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya dari mulai teknis hingga
“nyawa” shalat. Tetapi, ini akan menjadi tantangan sekaligus peluang bagi kita
untuk berjuang mendirikan shalat, tidak sekedar melaksanakan dan menggurkan
kewajiban shalat. Ini demi menggapa derajat takwa.
Bersambung…
Abiena Yuri (IG)
Kamis, 7 Ramadhan 1441 H/30 April 2020 M
Video Kajiannya bisa dilihat di sini: Abiena Yuri Channel
Komentar
Posting Komentar
Sharing Yuk...!