Besar Mana Belanja Untuk Dunia dan Belanja Untuk Akhirat?


Saat kita mendengar kata harta, maka asumsi orang biasanya tertuju pada orang-orang kaya. Padahal sejatinya apapun yang saat ini dimiliki itu adalah harta. Karena, definisi harta tidak terikat dengan kuantitas kepemilikannya. Sandal jepit yang saat ini kita miliki adalah harta. Pakaian yang saat ini kita pakai adalah harta. Alat-alat rumah tangga yang saat ini ada di rumah kita itu semuanya harta: bagus tidak bagus, banyak sedikit, baru atau lama. Uang yang kita miliki saat ini adalah harta.

Apa poinnya? Harta kita yang sekarang ada di tangan kita sudahkah menjadi alat/kendaraan surga? Pertanyaan ini bukan pertanyaan yang harus dijawab. Tetapi, ditafakuri dalam rangka muhasabah diri.

Selanjutnya ada  pertanyaan kedua. Selama kita belanja, besar mana belanja untuk dunia dan belanja untuk akhirat? Inipun tidak perlu dijawab lisan. Hanya untuk bahan tafakur dalam rangka muhasabah diri.



Kenapa hal ini diangkat?

Pertama, kita harus sadar bahwa dunia ini bukan milik kita, dunia dan isinya adalah milik Allah hatta tubuh kita sendiripun adalah milik Allah SWT.

Kedua, ketika pemilikinya mengatur segala sesuatu, maka kita mestilah patuh. Dan, Allah SWT memberikan aturan tentang kepemilikian harta termasuk dalam hal distribusi (belanja).

Ketiga, harta itu fitnah umat Rasulullah. Allah sedang menguji kita dengan harta: menguji dengan harta yang banyak (kekayaan) dan menguji dengan harta yang sedikit (kemiskinan). Maka, kita perlu waspada agar saat diuji kita bisa lulus.

Keempat, fitrah manusia terkadang lupa pada apa yang harus disiapkannya untuk akhirat terutama dengan media harta. Jangan sampai harta tidak berfaedah sedikitpun untuk kehidupan di akhirat kelak. Banyak sampel orang yang hartanya banyak kemudian menjadi ahli surga. Tetapi, tidak sedikit orang yang punya banyak harta tetapi ia binasa.

Kelima, kita perlu menyiapkan mental saat punya harta sedikit-banyak. Mental untuk apa? Untuk melepaskan milik kita dan memberikannya kepada yang berhak (individu maupun lembaga). Ajaran mental ini bisa kita check and richek dalam al-Quran Surat Ali Imran ayat 92.

Demikian… Semoga menjadi bahan untu tafakur dalam rangka muhasabah diri.

Wallahu a’lam

Al-Faqir bil ‘Ilmi
Abiena Yuri (FBIG)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Empat Tanda Memeroleh Kebaikan Dunia dan Akhirat

Dunia Bagai Lautan Yang Dalam, Banyak Orang Tenggelam - Nasehat Luqmanul Hakim

Ibnu Mas'ud, "Sesungguhnya Aku Benci Seseorang Yang Menganggur"

Da`ul Umam: Penyakit Hati Penyakit Masyarakat

Tahukah Anda Apa Makna Salam Dua-Tiga Jari Metal?