Tata Cara Shalat Gerhana



GERHANA BULAN TOTAL


Kronologis Gerhana Bulan Total
Rabu, 13 Dzulhijjah 1435 H / 8 Oktober 2014 M
Untuk Wilayah Kota Tasikmalaya
15:16 WIB | Awal Gerhana Panumbra (P1). Cakram bulan mulai masuk ke dalam bayangan semu bumi.
16:15 WIB  | Awal Gerhana Sebagian (U1). Cakram bulan mulai masuk ke dalam bayangan inti bumi.
17:25 WIB  | Awal Gerhana Total (U2). Seluruh cakram bulan mulai berada di dalam bayangan inti bumi.
17:38 WIB  | Bulan Terbit dari Ufuk.
17:55 WIB  | Puncak Gerhana
18:24 WIB  | Akhir Gerhana Total (U3). Cakram bulan mulai keluar dari bayangan inti bumi.
19:34 WIB  | Akhir Gerhana Sebagian (U4). Seluruh cakram bulan sudah keluar dari bayangan inti bumi.
20:34 WIB  | Akhir Gerhana Panumbra (P4). Seluruh cakram bulan sudah keluar dari bayanga semu bumi.

 Sehubungan dengan kejadian gerhana bulan total tersebut, dianjurkan kepada seluruh kaum muslimin untuk melaksanakan SHALAT GERHANA pada waktunya.

ANJURAN PELAKSANAAN
- Mulai Takbir Ba'da Maghrib
- Shalat Gerhana dilaksanakan kira-kira 15-30 menit setelah takbir
- Dilanjutkan dengan khutbah, pengumpulan & pembagian shadaqah.

Sumber: Persatuan Islam (PERSIS)



Gerhana ada dua macam, yakni gerhana matahari dan gerhana bulan. Dalam istilah syariat, gerhana matahari dinamakan dengan kusuf, sedangkan gerhana bulan disebut khusuf.

Gerhana matahari terjadi apabila cahaya matahari yang mengarah ke bumi terhalang oleh bulan. Dan, gerhana bulan terjadi ketika cahaya matahari yang mengarah ke bulan terhalang oleh bumi.

Biar lebih mudah dipahami, posisi gerhana matahari dan bulan bisa dilihat dari gambar berikut:

GERHANA MATAHARI
 
GERHANA BULAN

Saat Gerhana Terjadi
Bagi umat Islam, ketika terjadi gerhana disunnahkan untuk melaksanakan Shalat Gerhana. Bukan memukul perabotan rumah tangga seperti yang dahulu dilakukan nenek moyang karena beranggapan bahwa gerhana matahari terjadi disebabkan matahari ditelan naga raksasa dan gerhana bulan terjadi akibat bulan dipeluk malaikat agar setan tidak melihatnya saat hendak mencuri bulan. Ini mitos.

Kaifiyat Shalat Gerhana
Lalu, bagaimana kaifiyat Shalat Gerhana ini?

Pertama, saat kita meyaksikan gerhana (matahari/bulan), kita berdoa dan bertakbir. Takbir yang dibacakan sama dengan takbir idain. Lafadnya berikut:
اَللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Kedua, melaksanakan shalat gerhana setelah takbir menurut perkiraan waktu yang ditetapkan. Penetapan waktu berapa lama takbir tidak mutlak, yang penting masih dalam kronolgis gerhana.

Cara Shalat Gerhana:

  1. Tidak ada adzan dan iqamah sebagaimana untuk shalat fardhu.
  2. Intruksi dilaksanakannya shalat gerhana adalah munadiy (penyeru) yang ditunjuk imam melafadkan “ash-shalatu jami’ah
  3. Imam dan makmum takbiratul ihram sebagaimana bisa untuk shalat secara umum
  4. Imam dan makmum membaca iftihah sebagaimana bisa dalam shalat secara umum
  5. Imam membaca al-Fatihah dan surat al-Quran secara jahar, makmum menyimak bacaan imam dan tidak membaca apapun. Abis aw. Membaca surat setelah fathah cukup panjang.
  6. Kemudian rukuk sebagaimana biasa dengan rukuk yang agak lama (bacaan rukuknya sebagaimana biasa, dibaca beberapa kali)
  7. Lalu i’tidal (bangkit dari rukuk) sedangkan tangan tidak irsal (tidak menjulur ke bawah) tetapi sedekap kembali seperti selepas tabiratul ihram.
  8. Imam membaca Fatihah dan surat al-Quran kembali tanpa iftitah. Bacaan surat selepas Fatihah pun cukup panjang, namun tidak sepanjang bacaan pertama.
  9. Kemudian rukuk sebagaimana biasa dengan rukuk yang agak lama (bacaan rukuknya sebagaimana biasa, dibaca beberapa kali. Namun, tidak selama bacaan rukuk pertama).
  10. Lalu, i'tidal sebagaimana biasa, dan tangan irsal.
  11. Setelah i'tidal, kemudian sujud sebagaimana biasa. Sujudnya cukup lama selama rukuk atau bisa lebih lama dari rukuk (bacaan sujud seperti biasa, dan bisa diikuti bacaan doa yang ma’tsurat)
  12. Duduk di antara dua sujud
  13. Sujud kembali sebagaimana sujud pertama
  14. Bangkit dari rukuk
  15. Kemudian membaca Fatihah dan surat al-Quran sebagaimana biasa. Panjang bacaannya cukup panjang, namun tidak sepanjang bacaan surat kedua pada rakaat pertama.
  16. Rukuk dengan bacaan cukup panjang namun tidak sepanjang rukuk kedua pada rakaat pertama.
  17. Kemudian i'tidal dan tangan kembali sedekap
  18. Membaca Fatihah dan surat al-Quran sebagaimana biasa. Panjang bacaan surat selepas Fatihah juga cukup panjang, namun tidak sepanjang bacaan surat pertama pada rakaat kedua.
  19. Rukuk sebagaimana biasa dengan bacaan yang lama namun tidak sepanjang bacaan rukuk pertama pada rakaat kedua.
  20. Kemudian i'tidal dan tangan irsal
  21. Sujud sebagaiman bisa dengan bacaan yang agak lama, namun tidak sepanjang bacaan sujud kedua pada rakaat pertama.
  22. Duduk di antara dua sujud sebagaimana biasa
  23. Sujud kembali dengan bacaan yang cukup panjang, namun tidak sepanjang bacaan sujud pertama pada rakaat kedua
  24. Duduk tasyahud akhir dan membaca doa tasyahud sebagaimana biasa
  25. Salam


Ketiga, khutbah.

Keempat, mengumpulkan sedekah. Prosesi pengumpulan bisa saat khutbah berlangsung (kotak infak diestafetkan) atau selepas khutbah.

Kelima, selesai.

Dalil-dalil
1. Kronologis Syariat: takbir, shalat, sedekah
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda kekuasaan dari tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak terjadi gerhana karena kematian seseorang tidak pula karena hidupnya (lahirnya). Jika kalian melihat hal itu, maka berdoalah kepada Allah, bertakbir, shalat dan bersedakahlah.”  (HR. Bukhari).

2. Shalat dan Khutbah
خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى حَيَاةِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِلَى الْمَسْجِدِ فَقَامَ وَكَبَّرَ وَصَفَّ النَّاسُ وَرَاءَهُ فَاقْتَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قِرَاءَةً طَوِيلَةً ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ. ثُمَّ قَامَ فَاقْتَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً هِىَ أَدْنَى مِنَ الْقِرَاءَةِ الأُولَى ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً هُوَ أَدْنَى مِنَ الرُّكُوعِ الأَوَّلِ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ. ثُمَّ سَجَدَ - وَلَمْ يَذْكُرْ أَبُو الطَّاهِرِ ثُمَّ سَجَدَ - ثُمَّ فَعَلَ فِى الرَّكْعَةِ الأُخْرَى مِثْلَ ذَلِكَ حَتَّى اسْتَكْمَلَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ وَانْجَلَتِ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَنْصَرِفَ ثُمَّ قَامَ فَخَطَبَ النَّاسَ فَأَثْنَى عَلَى اللَّهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ قَالَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَافْزَعُوا لِلصَّلاَةِ
Pada saat Nabi masih hidup, pernah terjadi gerhana matahari. Rasulullah keluar ke masjid, berdiri dan membaca takbir. Orang-orang pun berdatangan dan berbaris di belakang beliau. Beliau membaca surat yang panjang. Selanjutnya beliau bertakbir dan ruku'. Beliau memanjangkan waktu ruku' hampir menyerupai waktu berdiri. Selanjutnya beliau mengangkat kepala dan membaca "Sami'allaahu liman hamidah, rabbanaa walakal hamdu". Lalu berdiri lagi dan membaca surat yang panjang, tapi lebih pendek daripada bacaan surat yang pertama. Kemudian beliau bertakbir dan ruku'. Waktu ruku' ini lebih pendek daripada ruku' pertama. Setelah itu beliau sujud. Pada rakaat berikutnya, beliau melakukan perbuatan yang sama hingga sempurnalah empat ruku' dan empat sujud. Setelah itu matahari muncul seperti biasanya, yaitu sebelum beliau pulang ke rumah. Beliau terus berdiri dan menyampaikan khutbah, memuji Allah dengan puji-pujian yang layak bagi-Nya. Tak lama kemudian, beliau bersabda, "Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Terjadinya gerhana matahari atau bulan itu bukanlah karena kematian seseorang atau kehidupannya. Oleh karena itu, jika kau menyaksikan gerhana bergegaslah untuk mengerjakan shalat." (HR. Muslim)

3. Seruan “ash-shalatu jami’ah”
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ الشَّمْسَ خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ مُنَادِيًا الصَّلَاةُ جَامِعَةٌ فَاجْتَمَعُوا وَتَقَدَّمَ فَكَبَّرَ وَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ
Dari Aisyah, “Bahwasannya matahari tertutupi (gerhana) pada jaman Rasulullah saw.. Lalu, Belia mengutus seorang penyeru (untuk mengucapkan),  ‘As-shalatu jami’atan (shalat berjamaah).’ Maka berkumpullah para sahabat. Lalu nabi ke depan, bertakbir, dan shalat dengan empat kali ruku dalam dua rakaat dan empat kali sujud.” (H.R. Muslim).

4. Jumlah Rakaat
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ الشَّمْسَ خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ مُنَادِيًا الصَّلَاةُ جَامِعَةٌ فَاجْتَمَعُوا وَتَقَدَّمَ فَكَبَّرَ وَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ
Dari Aisyah, “Bahwasannya matahari tertutupi (gerhana) pada jaman Rasulullah saw.. Lalu, Belia mengutus seorang penyeru (untuk mengucapkan),  ‘As-shalatu jami’atan (shalat berjamaah).’ Maka berkumpullah para sahabat. Lalu nabi ke depan, bertakbir, dan shalat dengan empat kali ruku dalam dua rakaat dan empat kali sujud.” (H.R. Muslim).

5. Berdoa dengan Mengangkat Tangan
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ بَيْنَمَا أَنَا أَرْمِي بِأَسْهُمِي فِي حَيَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ انْكَسَفَتْ الشَّمْسُ فَنَبَذْتُهُنَّ وَقُلْتُ لَأَنْظُرَنَّ إِلَى مَا يَحْدُثُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي انْكِسَافِ الشَّمْسِ الْيَوْمَ فَانْتَهَيْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ رَافِعٌ يَدَيْهِ يَدْعُو وَيُكَبِّرُ وَيَحْمَدُ وَيُهَلِّلُ حَتَّى جُلِّيَ عَنْ الشَّمْسِ فَقَرَأَ سُورَتَيْنِ وَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ
Dari Abdurrahman bin Samurah, ia mengatakan,’Ketika saya sedang main lempar panah pada masa Rasulullah Saw. tiba-tiba terjadi gerhana matahari, lalu saya meninggalkanya dan saya berkata,’Saya akan melihat apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. ketika terjadi gerhana pada hari itu. Kemudian saya menjumpai beliau, pada saat itu Rasulullah Saw. sedang mengangkat kedua tanganya berdoa, bertakbir, bertahmid, dan bertahlil sampai terang kembali. Maka beliau membaca dua surat dan salat dua rakaat.” (H.R. Muslim, Shahih Muslim, II : 269, Al Baihaqi, as Sunanul Kubra, III : 332, Abu Daud, Sunan Abu Daud, I : 264).

Komentar

  1. Yuk Gabung Bersama Kami Hanya di RoyalQQ

    Minimal Deposit Hanya Rp 15.000

    RoyalQQ juga membagikan BONUS 0.5% TANPA SYARAT SETIAP HARINYA!

    Yuk daftar sekarang juga, rasakan sensasi bermain bersama kami hanya di RoyalQQ

    Link : https://goo.gl/dQPyud

    BalasHapus

Posting Komentar

Sharing Yuk...!

Postingan populer dari blog ini

Dunia Bagai Lautan Yang Dalam, Banyak Orang Tenggelam - Nasehat Luqmanul Hakim

Empat Tanda Memeroleh Kebaikan Dunia dan Akhirat

Ibnu Mas'ud, "Sesungguhnya Aku Benci Seseorang Yang Menganggur"

Da`ul Umam: Penyakit Hati Penyakit Masyarakat

Tahukah Anda Apa Makna Salam Dua-Tiga Jari Metal?