Niat Saja Berpahala




Niat saja berpahala. Ya, benar sekali. Islam begitu bijak dan bajik. Ketidakmampuan untuk melakukan suatu amal, tidak lantas tidak diberi ganjaran. Kita bisa mendapat ganjaran meskipun tidak melakukan amal saleh. Loh kok bisa?

Iya, bisa pisan! Syaratnya, memiliki niat, rencana atau cita-cita untuk melakukan suat amal. Hal tersebut secara otomatis akan memberikan pahala buat kita. Namun, hal ini tidak boleh dijadikan dalih atau bahan apologi, ya ikhwatal iman. Tetap saja, kita mesti berusaha untuk mewujudkan niat, rencana dan cita-cita tersebut sekuat tenaga.

Salah satu sandarannya, dalam sebuah hadits Jabir r.a. bercerita:
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزَاةٍ فَقَالَ إِنَّ بِالْمَدِينَةِ لَرِجَالًا مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا وَلَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلَّا كَانُوا مَعَكُمْ حَبَسَهُمْ الْمَرَضُ
Kami bersama Rasulullah saw. dalam sebuah peperangan. Lalu, Beliau berkata, ‘Sesungguhnya di Madinah, ada orang-orang, tidaklah kalian berjalan atau melalui lembah (untuk berperang -pent), kecuali mereka juga bersama kalian, namun mereka terhalang oleh sakit.’” (H.R. Muslim).

Dalam riwayat lain disebutkan:
إِلَّا شَرِكُوكُمْ فِي الْأَجْرِ
“… kecuali mereka pun sama pahalanya dengan kalian.” (H.R. Muslim).

Coba bayangkan, pahala jihad bisa didapatkan tanpa jihad. Ini adalah karena niat dan tekad yang sungguh-sungguh, yang serius!

Dalam hadits lain, Abu Kabsyah al-Anmari menjelaskan sabda Rasulullah saw.:
مَثَلُ هَذِهِ الْأُمَّةِ كَمَثَلِ أَرْبَعَةِ نَفَرٍ رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَعْمَلُ بِعِلْمِهِ فِي مَالِهِ يُنْفِقُهُ فِي حَقِّهِ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ عِلْمًا وَلَمْ يُؤْتِهِ مَالًا فَهُوَ يَقُولُ لَوْ كَانَ لِي مِثْلُ هَذَا عَمِلْتُ فِيهِ مِثْلَ الَّذِي يَعْمَلُ قَالَ رَسُولُ اللهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُمَا فِي الْأَجْرِ سَوَاءٌ ...
Permisalan umat ini seperti empat kelompok: (1) seseorang yang Allah berikan harta dan ilmu, dia beramal dengan ilmunya terhadap hartanya, dia infakkan hartanya sesuai dengan kewajibannya. (2) Ada lagi orang yang Allah berikan ilmu, tapi tidak Allah berikan harta, dia berkata, ‘Andai aku punya sesuatu seperti dia, niscaya aku akan berbuat seperti yang dia perbuat.’ Rasulullah saw. bersabda, “Mereka berdua mendapatkan pahala yang sama…

Ikhwatal iman, coba bayangkan lagi, pahala infaq fi sabilillah, bisa didapatkan tanpa infak. Ini adalah karena niat dan tekad yang sungguh-sungguh, yang serius!

Tentang dua kelompok orang lagi, Rasulullah melanjutkan sabdanya:
وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالًا وَلَمْ يُؤْتِهِ عِلْمًا فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ يُنْفِقُهُ فِي غَيْرِ حَقِّهِ وَرَجُلٌ لَمْ يُؤْتِهِ اللهُ عِلْمًا وَلَا مَالًا فَهُوَ يَقُولُ لَوْ كَانَ لِي مِثْلُ هَذَا عَمِلْتُ فِيهِ مِثْلَ الَّذِي يَعْمَلُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُمَا فِي الْوِزْرِ سَوَاءٌ
“(3) Ada pula orang yang Allah berikan harta, namun tidak Allah berikan ilmu. Dia menghabiskan hartanya dan dia keluarkan hartanya pada tempat yang bukan haknya. (4) Dan ada lagi orang yang Allah tidak berikan harta dan tidak pula ilmu. Lalu dia mengatakan, ‘Seandainya aku punya harta seperti dia, pasti aku akan berbuat seperti orang itu.’ Rasulullah saw. berkata, “Maka mereka berdua mendapatkan dosa yang sama.” (H.R. Ibnu Majah, Ahmad, Thabrani).

Bayangkan kembali, dosa menjadi orang jahil (berniat menghabiskan harta semaunya di jalan yang haram) bisa didapatkan tanpa harus berharta. Ini adalah karena niat dan tekad yang sungguh-sungguh, yang serius, dalam keburukan.

Dari beberapa hadits di atas, ternyata niat (baca: rencana, cita-cita) akan menghadirkan pahala atau dosa. Jika begitu, milikilah rencana atau cita-cita untuk melaksanakan suatu amal kebaikan, karena dengan niat yang kuat dan serius, kita sudah otomatis mendapatkan pahala amal tersebut.

Cukupkah niat saja? Oh… Tidak bisa! Lanjutkan dengan amalnya sekuat tenaga, sekemampuan kita. Misalnya, kita punya cita-cita dan rencana untuk ibadah kurban. Maka, dengan niat tersebut kita sudah mendapatkan pahala kurban. Selanjutnya, buktikan niat tersebut dengan amal nyata. Ya… dengan menabung, misalnya. Bisakah? Saya yakin, bisa! Masa untuk kredit motor (DP dan setorannya mampu), bahkan memaksakan diri; masa untuk membeli sebungkus rokok (rata-rata sepuluh ribu rupiah per hari) mampu; tetapi, untuk kurban tidak memaksakan diri? Satu hari Rp 7.000 saja, insya Allah tahun depan kita bisa berkurban. Saya yakin bisa! Kecuali, bagi yang tidak punya niat yang kuat, yang sungguh-sungguh dan serius.

Nah, pada gilirannya ternyata kita benar-benar dan sama sekali tidak mampu mengamalkannya, karena banyak kebutuhan hidup yang menguras finansial; maka, niat yang kuat untuk kurban tadi sudah mampu menghadirkan pahala kurban bagi kita. Namun, jika mampu mewujudkan niatnya, pahalanya tentu berkali-kali lipatnya.

Sekali lagi, milikilah niat, recana dan cita-cita untuk berbuat amal saleh. Insya Allah, kita secara otomatis mendapat pahala. Asal, niat, rencana dan cita-citanya serius, sungguh-sungguh dan bukan main-main. Lalu, berusahalah mewujudkannya dengan sekemampuan diri. Bisa atau tidak terwujudnya hal tersebut, itu sudah menjadi keputusan Allah SWT. Manusia berencana, Allah lah yang menetapkan urusan-Nya.

Allahu a’lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dunia Bagai Lautan Yang Dalam, Banyak Orang Tenggelam - Nasehat Luqmanul Hakim

Empat Tanda Memeroleh Kebaikan Dunia dan Akhirat

Ibnu Mas'ud, "Sesungguhnya Aku Benci Seseorang Yang Menganggur"

Da`ul Umam: Penyakit Hati Penyakit Masyarakat

Tahukah Anda Apa Makna Salam Dua-Tiga Jari Metal?