Pasal 2: Kalam Balaghah
Pasal
2
Kalam
Balaghah
Sebelum
melanjutkan pelajaran balaghah ke pasal 2, kita review sejenak tentang pasal 1.
Di pasal 1 kita telah mempelajari tentang fashahah. Secara sederhana
fashahah adalah kefasihan dalam menyampaikan maksud.
Fashahah
terdiri dari tiga bagian, yakni:
- Fashahah dalam kata -> menyampaikan maksud dengan diksi (pemilihan kata) yang benar, mudah diucapkan, mudah dimengerti maknanya, dan dan tidak menyalahi kaidah Ilmu Nahwu dan Sharaf.
- Fashahah dalam kalimat -> menyamaikan maksud dengan menggunakan kalimat yang baik dan benar: mudah diucapkan, mudah dipahami maknanya, susunanannya sesuai kaidah Ilmu Nahwu, dan tidak rumit.
- Fashahah dalam mutakallim (komunikator) -> maksudnya si komunikator harus memiliki sifat-sifat yang baik dalam menyampaikan maksud.
Sekarang…
mari kita lanjutkan pada pelajaran pasal 2 tentang “Kalam Balaghah”.
Ilmu
Balaghah adalah ilmu untuk mempelajari bagaimana kita bisa menyampaikan atau
mengutarakan sesuatu dengan kata yang fahshah dan kalimat yang fashahah serta
diiringai oleh sifat-sifat yang baik di diri si komunikator.
وَجَعَلُوْا
بَلاَغَةَ الْكَلَامِ v طِبَاقُهُ
لِمُقْتَضَى الْمَقَامِ
“Para ulama ahli Ilmu Ma’ani menganggap sampainya (efektifnya) kalam
itu disampaikan sesuai dengan muqtadhal hal (situasi dan kondisi).”
Kita
buat contoh biar lebih paham.
1.
Lafad berikut:
اَلْعِلْمُ نَافِعٌ – زَيْدٌ عَالِمٌ
“Ilmu itu bermanfaat.” – “Zaid adalah orang
yang pintar.”
Kalimat
tersebut dinilai efektif jika diutarakan kepada khali dzihni (orang yang
hatinya kosong dari keraguan). Hal ini ditujukan agar khali dzihni
tersebut semakin memantapkan keyakinannya karena ilmu yang dimilikinya.
Contoh
lain: pertanyaan, “Anda dari mana?”, jawabannya adalah, “Saya pulang dari
masjid.” Jawaban tersebut merupakan jawaban yang sesuai muqtadhal hal (situasi
dan kondisi).
2.
Misalnya juga lafad berikut:
إِنَّ اللهَ قَدِيْرٌ
“Sesungguhnya Allah Maha Kuasa.”
Kalimat
tersebut muthabaqah (sesuai, pantas) untuk disampaikan kepada orang yang
ingkar akan kekuasaan Allah. Kalimat tersebut diawali dengan huruf taukid
(penguat), yaitu huruf “inna” (sesungguhnya).
3.
Misalnya juga kalimat berikut:
إِنَّ اللهَ لَقَدِيْرٌ
“Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Kuasa.”
Perbedaan
dengan kalimat pada nomor 2 adalah kalimat ini menggunakan dua huruf taukid,
yaitu huruf “inna” dan huruf “lam” yang bersatu dengan kata qadirun. Kalimat
tersebut mutabaqah disampaikan kepada orang yang sangat-sangat ingkar.
Nah,
kalimat-kalimat di atas merupakan kalimat yang balaghah atau kalam balaghah
(kalimat yang sampai dan dipahami oleh komunikan [pendengar, pembaca]).
Mudah
kan teman-teman…??? J
Demikian
pelajaran Pasal 2. Insya Allah, minggu depan kita lanjutkan pelajaran Pasal 3.
Wallah
a’lam
Komentar
Posting Komentar
Sharing Yuk...!