Siapa Bilang Perjuangan itu Tak Kenal Lelah?

 

Jika ada ungkapan bahwa perjuangan itu tak kenal lelah, menurut saya tidak benar. Yang berjuang itu kita, kita ini manusia, dan manusia itu memilik keterbatasan, termasuk keterbatasan fisik. Mesin atau robot sekalipun yang tidak pernah punya rasa, ia akan turun mesin pada saatnya.

 

Secara fitrah manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah. Coba kita perhatikan ayat berikut:

 

يُرِيدُ اللهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ ۚ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. an-Nisa [4]: 28).

 


Nah, ketika manusia dituntun untuk berjuang dalam setiap hajat hidupnya, baik hajat pribadi maupun hajat bersama (keumatan), manusia tetap berada pada fitrahnya: lemah. Kemudian fitrah lemah ini berhasil dikondisikan menjadi kekuatan penggerak karena adanya visi atau tujuan atau impian hidupnya.

 

Dalam proses usaha untuk mewujudkan visi tersebut, tentunya melibatkan unsur fisik atau jasmani. Sekali lagi, karena fitrahnya lemah maka suatu saat kekuatan visinya yang senantiasa “on fire” akan ambivalen dengan kekuatan fisiknya. Kondisi itulah yang saya maksud dengan kondisi lelah. Dan, ini fitrah akan terjadi pada siapapun, hatta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah mengalami yang namanya lelah.

 

Saat lelah, ya pastinya kita butuh bahkan harus istirahat sejenak untuk merefresh tubuh: mengumpulkan kembali kekuatan untuk melanjutkan upaya dan perjuangan. Demikian siklusnya: berjuang lelah, istirahat. Berjuang kembali, lelah, istirahat. Hingga, pada saatnya nanti kita akan benar-benar istirahat dan tidak ada perjuangan lagi, yakni ketika kita sudah menginjakkan kaki di surga.

 

Hal ini berlaku bukan hanya pada urusan pribadi. Dalam menggarap perjuangan konteks keumatan (Jam’iyyah) pun demikian. Jangan mentang-mentang kita banyak tugas dan amanah Jam’iyyah, kemudian melupakan hak badan yang sejatinya menjadi kewajiban bagi kita untuk memenuhinya. Berjam’iyyah memang perlu berkorban, tetapi tetap Rasulullah pun menyuruh untuk memenuhi segala hal yang harus kita penuhi haknya termasuk tubuh dan keluarga kita.


Lelah, lillah, berkah…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Empat Tanda Memeroleh Kebaikan Dunia dan Akhirat

Melakukan Hal Tak Penting, Malah Kehilangan Hal yang Penting

Selama Ajal Masih Tersis, Rezeki Akan Datang - Jaminan 8 Pintu Rezeki

Filosofi Masalah dalam Kehidupan