Harta Kendaraan Surga atau Neraka?


Banyak cara yang Nabi ajarkan agar kita bisa masuk surga, dari hal-hal yang dianggap kecil sampai hal-hal yang dipandang besar. Salah satu “media” atau alat masuk surga adalah harta. Namun, asumsi orang biasanya ketika mendengar kata harta pikiran tertuju pada kata kaya. Harta berarti kaya. Ini perlu diluruskan. Karena pada faktanya apa yang dimiliki seseorang adalah harta. Kita punya sepeda, meski kondisinya “keor”, ya itu adalah harta. Kita punya pakaian, meski kondisinya sudah tidak baik, ya itu adalah harta. Poinnya, harta adalah apa yang saat ini kita milik. Tidak terkait dengan kuantitas.



Nah, harta yang saat ini kita miliki bisakah menjadi kendaraan surga atau malah sebaliknya menjadi kendaraan neraka?

Menjawab pertanyaan ini, kita merujuk pada hadits masyhur berikut:

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang tidak mau. Seseorang yang bertanya, “Siapakah orang yang tidak mau tersebut, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Barangsiapa mentaatiku akan masuk surga, barangsiapa tidak taat kepadaku sungguh dia orang yang tidak mau masuk surga.” (HR. Bukhari).

Dari hadits tersebut, kata kunci masuk surga adalah taat. Kaitannya dengan bab harta adalah munculkan ketaatan kepada Allah dan Rasulullah dalam kepemilikan dan pengelolaan harta. Taat sebelum, selama dan setelah harta itu dimiliki. Ketaatan ini dipastikan akan membuat harta menjadi kendaraan surga.

Sebelum mencari harta, taat kepada Allah. Selama proses mencari harta, taat pada aturan Allah. Dan, setelah harta itu dimiliki, banyak maupun sedikit, taat pada apa yang Allah tetapkan. Detilnya, saya kira rekan-rekan sudah memahaminya.

Sebagai penguat, ada sebuah hadits yang menjelaskan tentang 10 sahabat yang dijamin masuk surga, padahal mereka masih hidup bersama Rasulullah. Menurut penulusaran para ahli, 8 dari 10 sahabat tersebut adalah sahabat yang memiliki harta yang cukup banyak bahkan salah satunya adalah konglomerat.

Intisari buat kita, selama kita masih punya harta, sedikit atau banyak, mari jadikan harta yang saat ini kita miliki sebagai kendaraan kita menuju surga, bukan sebaliknya. Kata kunci utama sebagaimana hadits Nabi di muka, semoga bisa kita konsistenkan. Dengan begitu, insyaallah harta kita akan menjadi “pelumas” diri dan keluarga menuju surga.

Wallahu a’lam

Al-Faqir bil ‘Ilmi
Abiena Yuri (FBIG)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Empat Tanda Memeroleh Kebaikan Dunia dan Akhirat

Dunia Bagai Lautan Yang Dalam, Banyak Orang Tenggelam - Nasehat Luqmanul Hakim

Ibnu Mas'ud, "Sesungguhnya Aku Benci Seseorang Yang Menganggur"

Da`ul Umam: Penyakit Hati Penyakit Masyarakat

Tahukah Anda Apa Makna Salam Dua-Tiga Jari Metal?