Pengajian Kok Tiduran? - 3 Ramadhan 1440 H


Dalam satu kesempatan kuliah shubuh di sebuah masjid, kedapatan hampir setengah mustami’ tertidur sepertinya pulas karena terlihat dari kondisi tidurnya bahkan sebagian ada yang mendengkur ringan.

Melihat mereka, saya teringat sebuah hadits yang disampaikan oleh sahabat Ibnu ‘Abbas ini:

عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ الله، وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ الله
“Ada 2 mata yang neraka tidak akan menyentuhnya: (1) mata yang menangis karena takut kepada Allah dan (2) mata yang tertidur saat berjaga di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi).

Bisakah orang-orang yang teridur saking kantuknya ketika sedang di majelis ilmu masuk kedalam salah satu mata yang tidak akan tersentuh neraka sebagaimana hadits tersebut? Hm…



Ah, pokok permasalahan dari tulisan singkat ini bukan pada hal tersebut, tetapi pada etika atau adab ketika berkomunikasi. Jadi, saya tidak mengulas pertanyaan di atas. Hehe…

Baik, rekan-rekan yang budiman, bagaimana rasanya ketika Anda berbicara kemudian rekan bicara Anda tidak mendenarkan pembicaraan Anda? Atau, rekan Anda tersebut malah tidur ketika Anda berbicara kepadanya? Mungkin 100% tidak ada yang merasa nyaman. Kesal bahkan mungkin ada yang marah.

Nah, demikianlah kongklusinya ketika ada seorang muballigh berbicara di depan mustami’ tetapi mustami’ malah asyik ngobrol atau bermain dengan kepentingannya sendiri (misalnya memainkan smartphone, dll) atau bahkan mereka malah tidur dengan sangat pulas. Menurut Anda, bagaimana perasaan si muballigh? Silahkan, Anda bisa interpretasikan saja sendiri.

Terlepas dari materi yang dibawakannya itu-itu saja atau cara menyampaikannya (metode) yang dirasa kurang oleh mustami’, maka hemat saya muustami’ harus tetap bersabar duduk manis dan fokus menyimak. Ini bukan hanya pada bentuk penghargaan dalam proses komunikasi tetapi sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT.

Sejatinya, orientasi kita saat berangkat ke majelis ilmu bukan sekedar mencari ilmu, karena mungkin saja ilmu yang nanti disampaikan muballigh sudah Anda kuasai bahkan mungkin Anda lebih tahu dan paham daripada muballigh. Orientasi kita hadir di majelis ilmu adalah sebagai manifestasi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya yang berdampak pada kebaikan dan keutamaan yang dijanjikan terhadap para pencari ilmu yang hadir di majelis ilmu. Ini intinya.

Saya sih berharap, seluruh penacari ilmu menjaga adab ini. Sebagaimana yang diajarkan para ulama bahwa adab sebelum ilmu itu teramat sangat penting. Orang kurang adab dalam mencari ilmu bisa saja dikategorikan kedalam orang yang sombong. Na’udzubillah…

Tetap semangat mencari ilmu agama, tetap semangat mencari keridhaan Allah di balik pencarian ilmu. Dan, pastikan orientasi kita adalah ketaatan.

Wallahu a’lam


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dunia Bagai Lautan Yang Dalam, Banyak Orang Tenggelam - Nasehat Luqmanul Hakim

Empat Tanda Memeroleh Kebaikan Dunia dan Akhirat

Ibnu Mas'ud, "Sesungguhnya Aku Benci Seseorang Yang Menganggur"

Da`ul Umam: Penyakit Hati Penyakit Masyarakat

Tahukah Anda Apa Makna Salam Dua-Tiga Jari Metal?