Tiga Sikap Terhadap Sesama
Kita menampakkan kesenangan. Tersenyum tertawa
seakan tak ada masalah. Bebas, lepas. Sementara sahabat lain saat ini sedang
terhimpit beban kehidupan. Menghela terengah dalam kepiluan dan kesukaran. Meringis
sakit atas ketidakberdayaan diri menghadapi betapa berat beban hidupnya. Menangis
memang bukan solusi. Tetapi, hal itu bisa menjadi alat untuk minimal
meringankan engapnya hati. Plong sesaat.
Sampai-sampai, Baginda Rasulullah saw. ikut
menyoroti:
لَيْسَ
الْمُؤْمِنُ الَّذِيْ يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلٰى جَنْبِهِ
“Tidaklah disebut mukmin, orang yang kenyang
sementara tetangganya lapar sampai ke lambungnya.” (HR. Bukhari dalam Adabul
Mufrod)
Hadits tersebut merupakan representasi agar kita
melek dan peka atas sahabat kita yang lain yang hidupnya jauh lebih susah
daripada kita. Ada nilai motivasi dari Nabi. Kita, dengan kemampuan yang
dimiliki, hendaknya tidak senang sendiri. Shalat saja kan harus berjamaah?
Doakan sahabat kita itu, jika memang belum mampu
menjadi penyantun. Berikan motivasi hidup agar mereka bertahan dan kuat dalam
kondisinya saat ini. Dan, kurangi menampakkan kesenangan hidup di hadapan
mereka. Mending, umbar kata-kata yang mampu membuatnya bangkit dan mengerahkan
segenap kemampuannya untuk mencari titik air di padang pasir.
Dalam hal ini, Yahya bin Mu’adz ar-Razi menyampaikan
tiga sikap terhadap sesame yang harus diperhatikan:
ليَكُنْ
حَظُّ الْمُؤمِنِ مِنْكَ ثَلَاثةٌ : إِنْ لَمْ تَنْفَعْهُ فَلَا تَضُرَّهُ ،
وَإِنْ لَمْ تُفْرِحْهُ فَلَا تَغُمَّهُ ، وَإِنْ لَمْ تَمْدَحْهُ فَلَا تَذُمَّهُ
"
“Hendaknya kamu mempunyai tiga sikap terhadap
sesama mukmin: kalau kamu belum mampu memberinya manfaat, maka janganlah kau
beri dia kesusahan, kalau kamu mampu membuatnya gembira janganlah kau buat dia
sedih, kalau kamu belum bisa memujinya maka janganlah kau mencela.”
Demikian catatan kecil ini. Semoga berfaedah dan syukur-syukur jika bisa menjadi inspirasi.
Tasikmalaya, 4 April 2019
Al-Faqir bil ‘Ilmi,
Abiena Yuri (IG)Abiena Yuri (FB)
Komentar
Posting Komentar
Sharing Yuk...!