Rugi! Jika Punya Harta Tapi Tidak Jadi Jalan Surga
Yakin lah, banyak jalan menuju surga. Dan, semua orang
berkesempatan untuk menjadi ahli surga. Apa yang harus dilakukan untuk
mewujudkannya? Kata kunci utamanya cukup dengan satu hal: taat. Siapapun yang
taat kepada Allah, yang berarti ia jauh dari dosa dan maksiat, maka ia akan
memiliki kesempatan emas untuk menjadi penghuni surga di akhirat kelak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Seluruh umatku akan masuk surga kecuali yang engga.” Para sahabat
bertanya, “Siapakan yang enggan masuk surga, wahai Rasulullah?” Lalu, Beliau
menjawab, “Siapa yang taat kepadaku, ia masuk surga. Siapa yang bermaksiat, ia
lah yang enggan ke surga.” (HR. Bukhari).
Ketaatan kepada Allah harus kita aplikasikan dalam
setiap aspek kehidupan. Dari hal-hal yang dianggap sepele atau kecil sampai
pada hal-hal yang dianggap berat, kita harus taat pada aturan yang ditetapkan
Allah SWT. Satu diantaranya adalah aturan Allah tentang harta: darimana sumbernya
dan kemana alokasinya.
Dalam hal harta Allah memeritahkan dua hal dan akan
menghisab dua hal pula, yakni sumber harta itu harus halal dan thayib; dan pengeluaran
atau distribusi harta harus pada hal-hal yang benar sesuai tuntunan. Jika prinsip
ini bisa kita upayakan berarti kita taat pada Allah dan Rasul-Nya. Jika taat,
maka ini bisa menjadi jalan masuk surga. Insya Allah.
Baik, kita uraikan secara ringkas. Bagaimana harta
itu bisa menjadi jalan masuk surga?
Pertama, niatkan bahwa usaha atau kerja Anda
adalah atas titah Allah Yang Maha Kaya, karena memang dalam beberapa ayat dan
hadits kita dapati perintah yang sharih (jelas) tentang ikhtiar mencari
rezeki, dalam hal ini salah satunya adalah harta. Satu diantara perintahnya
bisa ditelaah dalam ayat berikut:
فَإِذَا
قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الأرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللهِ
وَاذْكُرُوْا اللهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi, carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya
supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah [62]: 10).
Dalam menafsirkan ayat tersebut, Ibnu Katsir mengutip
perkataan Ulama Salaf:
مَنْ بَاعَ
وَاشْتَرَى فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ بَارَكَ اللهُ لَهُ سَبْعِيْنَ
مَرَّةً لِقَوْلِ اللهِ تَعَالَى: فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوْا فِي
الْأَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللهِ
“Barang siapa yang berjualbeli pada hari Jumat
setelah melaksanakan Shalat Jumat, Allah akan memberkahinya 70 kali lipat
berdasarkan firman Allah Ta’ala, ‘Maka jika sudah ditunaikan shalat Jumat,
brtebaran;ah di muka bumi dan carilah sebagian dari karunia Allah.’”
Kedua, halal dan thayib (baik). Harta yang
dicari hendaknya dari hal-hal yang halal dan baik. Apa yang Allah haramkan,
maka proses jual-belinya pun dihukumi haram. Jangan sampai ada orang Islam yang
jualan bakso dari daging sapi, meskipun dikhususkan untuik orang-orang non muslim.
Jangan pula ada umat Islam yang menjual khamer (narkoba). Intinya, yang Allah
haramkan tidak boleh diperjualbelikan.
Allah SWT berfirman dalam al-Quran:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلنَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُواْ
خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi
baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah setan, karena sesungguhnya seitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 168).
Ketiga, cara mencarinya pun harus halal:
tidak dengan cara menipu, tidak ada unsur membohongi, tidak menzalimi, tidak
mengurangi takaran, tidak khianat, dan tidak dengan cara-cara lain yang Allah
larang. Jual beli yang terdapat unsur seperti demikian adalah jual beli yang
tidak mabrur. Maka, mabrurkan jual beli dengan cara yang benar dan jauh dari
dosa dalam prosesnya.
Suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ditanya oleh salah seorang sahabat, “Wahai Rasulullah, pekerjaan apa
yang paling baik?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli
yang mabrur.” (HR. al-Bazzar).
Setiap jual beli yang mabrur oleh Rasulullah
dikategorikan sebagai pekerjaan terbaik. Oleh karenanya, jika saat ini Anda
adalah seorang pedagang, maka mabrurkan dagang Anda agar menjadi pekerjaan
paling baik. Bagaimana teknisnya? Jauhi yang Allah larang dalam setiap proses jual
beli dan transaksi.
Keempat, distribusi harta harus pada hal-hal
yang benar. Di sinilah jalan utama menuju surga bisa terbuka lebar. Mari berperan
aktif dan andil dalam perjuangan agama: dakwah, pendidikan, social, dll.. Gunakan
harta Anda untuk berjihad yang memang sudah Allah tegaskan perintahnya dalam
al-Quran. Dan, ketika Allah memerintah untuk berjihad, hampir kebanyakan ayat perintah
jihad yang didahulukan adalah berjihad gengan media harta. Misalnya ayat
berikut:
يَآ
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنجِيْكُم مِّنْ
عَذَابٍ أَلِيْمٍ. تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَتُجَاهِدُوْنَ فِى سَبِيْلِ
اللهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ
تَعْلَمُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku
tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?
(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah
dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.” (QS. Ash-Shaff [61]: 10-11).
Media jihad yang Allah tegaskan dalam ayat tersebut
adalah harta dan jiwa. Harta disebut dahulu sebelum jiwa. Ini adalah warning
terutama bagi orang-orang yang memiliki harta yang melimpah. Jangan sampai
harta mengendap di rekening atau di brangkas. Tidak menjadi perahu yang
berlayar membawa pemiliknya menuju surga. Rugi! Maka, alirkanlah harta kita
menuju surga. Tunaikan kewajiban terlebih dahulu: zakat, lalu sebarkan manfaat harta
dengan infak, sedekah dan wakaf; infak, sedekah dan wakaf yang terbaik yang
akan menepikan pemiliknya di tempat yang terbaik.
Jika hari ini ada peluang emas dari Allah SWT
berupa proyek pembebasan tanah untuk masjid, atau proyek pembangunan sarana
prasarana keumatan, maka ambillah peluang itu sebelum diambil orang lain dan
orang lain lah yang mendapatkan keuntungannya. Ingat pepatah lama, “Peluang
tidak akan datang 2 kali.” Yakini ini atas titah Allah, proyek-proyek ini
adalah settingan Allah SWT untuk “menantang” kita bisa tidak ikut andil dalam jihad,
sanggup tidak “melepaskan” dunia untuk akhirat.
Sekali lagi, mari kita jadikan harta kita jalan
menuju surga. Jangan sampai harta tidak menjadi wasilah untuk masuk surga.
Rugi!
Wallahu a’lam
Tasikmalaya, 18 Januari 2019
Al-Faqir bil ‘Ilmi, Abiena Yuri
Komentar
Posting Komentar
Sharing Yuk...!