Muslim Itu Beda, Jangan Membebek (Tasyabbuh) Di Tahun Baru!


Muslim dan non muslim (kafir) itu beda. Jelas beda! Ini yang ditegaskan Nabi dalam beberapa hadits. Pahami bahwa beda yang Nabi kehendaki ini adalah beda dalam hal keyakinan (aqidah) dan ibadah. Karena, dalam urusan dunia, “Antum a’lamu bi umurid dun-yakum,” (kalian lebih tahu urususan dunia kalian). Demikian tegas Nabi. Pakaian, alat makan dan minum, kendaraan, muamalah, bisnis, dll., dalam hal tenknis, Nabi menyerahkan kepada kita. Adapun hal terkait prinsip, meski dalam urusan dunia, kita mesti mengikuti apa yang Nabi kehendaki. Misal, Nabi tidak melarang kita berjualan kain sutra atau emas. Silahkan menjadi sangat kaya dengan jualan kain sutra atau emas. Namun, ada yang prinsip, kain sutra atau emas itu tidak boleh dipakai oleh laki-laki. Sekali lagi, ini prinsip!

Misalnya pula, dalam sebuah hadit Nabi dikabarkan makan dengan tiga jari (dengan tangan). Hari ini kita makan dengan sendok. Hal ini tidak mengapa, karena prinsip makan adalah bukan menggunakan apa atau dengan alat apa, tetapi makan itu dengan tangan kanan, sambil duduk, sebelum dan sesudahnya berdoa.




Kembali ke hal awal bahwa Islam itu beda, dalam aqidah dan ibadah. Tapi, zaman now perbedaan yang dikehendaki Nabi ini perlahan sirna. Terutama saat ada moment-moment gebyar dan meriah misalnya saat malam pergantian tahun baru masehi yang tinggal beberapa jam lagi akan kita lalui. Hampir tidak ada bedanya antara muslim dan non muslim. Berbaur menyatu, merayakan pergantian tahun baru dengan perayaan yang jelas merupakan ajaran atau kultur orang-orang Yahudi-Nasrani.

Perhatikan hadits masyhur tentang hal ini dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka." (HR. Abu Dawud)

Konteks hadits tersebut sedang berbicara tentang keyakinan dan ajaran. Bukan dalam konteks duniawi. Maka, makna tegasnya adalah siapa yang menyerupai suatu kaum dalam keyakinan (aqidah) atau ajaran/praktek ibadah, sama saja ia termasuk kaum tersebut.

Mari sadar diri. Mari aktulisasi diri sebagai muslim yang benar muslim. Kita ini musim, jangan sampai karakter muslim kita pudar gara-gara “latah” dan “malu” dengan ajaran kaum Yahudi-Nasrani. Hidup kita ini tidak akan selamanya, coba kalau baru tahu dan sadar kesalahan tersebut nanti di hadapan Allah, adakah kesempatan untuk balik lagi ke dunia? No! Penyesalan yang tiada arti. Maka, mari hari ini kita berubah, mungpung ada kempatan untuk merubah kekeliruan. Jika napas sudah “hos” pergi dari jasad, ya sudah kesempatan itu tidak akan datang lagi.

Stop tahun baruan!
Stop merayakan tahun baru!
Stop tasyabuh dengan Yahudi dan Nasrani!

Tasikmalaya, 31 Desember 2018
Abiena Yuri (Telegram)
Abiena Yuri (Facebook)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dunia Bagai Lautan Yang Dalam, Banyak Orang Tenggelam - Nasehat Luqmanul Hakim

Empat Tanda Memeroleh Kebaikan Dunia dan Akhirat

Ibnu Mas'ud, "Sesungguhnya Aku Benci Seseorang Yang Menganggur"

Da`ul Umam: Penyakit Hati Penyakit Masyarakat

Tahukah Anda Apa Makna Salam Dua-Tiga Jari Metal?