7 Jalan Membersihkan Hati
Masalah hati menjadi hal krusial jika tidak mampu
melakukan management terhadapnya. Alasannya, hati itu merupakan penentu.
Penentu apa? Bisa dua hal yang ditentukan hati, yaitu kondisi fisik dan nilai
akhir amal.
Orang yang hatinya tenang, tentram, dan bersih
lebih dekat dengan kesehatan fisik. Ini disinggung oleh Rasulullah saw. dalam
sebuah hadits bahwa hati merupakan mudlghah (sekerat daging) yang jika baik
maka baiklah seluruh tubuh; jika fasad, maka fasadlah seluruh tubuh.
Selain sebagai sumber kebaikan fisik, hati juga
menjadi penentu nilai akhir amal. Jika hati tidak selamat dari kotoran dan
penyakit, maka nilai akhir amal yang akan didapatkan adalah nihil. Termasuk ke
dalam masalah ini adalah niat hati dalam melakukan amal. Maka, orang yang
hatinya selamat (qalbun salim), dialah yang akan mendapat nilai akhir amal yang
baik, dialah yang akan menghuni surga Allah swt.. Semoga kita termasuk di
dalamnya.
Apakah Hati itu?
Hati dalam bahasa Arab disebut al-qalbu, al-fu`adu,
ash-shadru, dan albab. Disebut al-qalbu karena dua sebab. Pertama, merupakan
pusat sesuatu seperti halnya Kota Mekah disebut Qalbul Ardli (pusat bumi)
karena letaknya di tengah-tengah bumi. Kedua, karena sifatnya bolak-balik
(dinamis) sebagaimana hadits Rasulullah saw.:
لَقَلْبُ
ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلاَبًا مِنَ الْقَدَرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْيًا
“Sungguh hati manusia itu lebih cepat
bolak-baliknya daripada periuk ketika sedang sangat mendidih” (HR. Ahmad).
Kedua, disebut al-fu`adu karena hati merupakan
tempat bergolaknya pikiran, perasaan, dan keyakinan. Kata al-fu`adu ini bisa
ditemukan dalam al-Quran Surat al-Isra ayat 36:
إِنَّ
السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلاً
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati,
semuanya akan diminta pertanggungjawaban.”
Berdasarkan ayat tersebut, hati sebagai tempat
pikiran, perasaan, dan keyakinan akan diminta pertanggungjawannya. Apakah
pikirannya, perasaannya dan keyakinannya benar? Apakah pikiran, perasaan dan
keyakinannya tunduk patuh terhadap aturan Allah dan Rasul-Nya?
Ketiga, dinamakan ash-shadru (dada secara non
fisik), menurut Amir an-Najr, karena
merupakan tempat masuknya segala macam godaan nafsu, penyakit hati, dan juga
hidayah Allah. Selain itu, ash-shadr juga merupakan tempat masuknya ilmu
pengetahuan ke dalam diri manusia. Kata shadr itu sendiri seakar dengan kata
akal.
Keempat, hati disebut albab. Kata albab merupakan
bentuk plural (jamak) dari kata lubb yang berarti racun, akal, hati, inti dan
sari. Dalam tasawuf, lubb berarti hati yang terdalam.
Tazkiyatul Qalbi (Membersihkan Hati)
Term yang dipakai dalam sub judul ini adalah
Tazkiyatul Qalbi dengan menggunakan kata al-qalbu. Ini lebih ditekankan karena
sebutan hati lebih familiar di telinga kita. Bahkan di kita pun terdapat kata
sinonim hati yakni “kalbu” serapan dari al-qalbu. Lebih dari itu, inisiatif
penggunaan kata al-qalbu ini disandarkan kepada sebuah hadits yang juga sudah
familiar.
Hadits tersebut adalah:
أَلاَ
وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا
صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ
كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah bahwa di dalam jasad ini terdapat
segumpal daging. Jika dia (segumpal) baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan
jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah, bahwa dia adalah hati.” (HR. Bukhari-Muslim).
Dalam hadits tersebut, hati dibahasakan oleh
Rasulullah saw. dengan kata al-qalbu. Selain itu, kata al-qalbu digunakan oleh
Allah ketika menginformasikan bahwa Allah lah yang telah menurunkan ketengan
kepada hati-hati orang beriman. Oleh karena itu, saya pun menggunakan kata ini
(al-qalbu) untuk istilah Tazkiyatul Qalbi.
Baiklah, kita mulai membahas kiat-kiat agar hati
menjadi bersih. Namun, dalam tulisan ini, bukan maksud hati untuk mamatahan
ngojay ka meri alias menggurui, tapi ini semoga menjadi nasehat dan pelecut
agar saya secara pribadi senantiasa berusaha untuk menjadikan hati menjadi
bersih. Dan, ini cukup berat perjuangannya berhubung hati itu dinamis,
bolak-balik, terkadang dipenuhi iman terkadang pula iman menurun.
1. Ikhlas
Ikhlas merupakan hal pertama yang mesti diikhtiarkan
agar hati tetap bersih. Ikhlas dimaksud bukanlah ikhlas versi orang Sunda
(ikhlas = rela) seperti kalimat, “Sing ikhlas we nya da ieu mah geus katangtuan
Allah”. Ikhlas dalam kalimat tersebut maksudnya adalah rela atas musibah. Jadi,
ikhlas di sini merupakan ikhlas dalm term (istilah) syariah yaitu melakukan
purifikasi (pembersihan) terhadap niat keliru dalam beramal (riya, sum’ah).
Ikhlas merupakan ubahan dari kata khalasha
(bersih), dalam bentuk fi’il lazim (aktif intransiitif: tidak memerlukan objek).
Kata khalasha tersebut kemudian ditambah hamzah di awalnya menjadi akhlasha –
yukhlishu – ikhlashan yang berarti membersihkan.
Secara istilah ikhlas adalah membersihkan hati dari
niat ingin mendapatkan perhatian orang dalam beribadah. Orang yang ikhlas dalam
beribadah, dipastikan hatinya akan bersih. Jika hati sudah bersih, maka hidup
akan terasa tenang dan nyaman.
2. Bebaskan Hati dari Dosa dan Maksiat
Bersih berarti tidak kotor. Kotor berarti tidak
bersih. Dari kalimat inilah kita memulai. Jika ada kalimat membersihkan hati
berarti ada kotoran yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, kiat pertama adalah
bebaskan hati dari kotoran-kotoran hati.
Pertanyaannya adalah, apa saja hal-hal yang dapat
mengotori hati? Merujuk pada hadits Rasulullah, yang mengotori hati adalah dosa
dan maksiat. Maka, hal pertama agar hati kita bersih adalah bebaskan hati dari
dosa dan maksiat. Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ
الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ ، فَإِنْ
تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ، صُقِلَ مِنْهَا قَلْبُهُ فَإِنْ زَادَ زَادَتْ
حَتَّى تَعْلُوَا قَلْبَهُ ، فَذَلِكَ الرَّانُ " قَالَ اللَّهُ تَعَالَى :
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sesungguhnya seorang mukmin, jika ia melakukan
dosa, di hatinya ada noktah hitam. Jika ia bertobat, … dan meminta ampunan
(istighfar), maka hatinya akan cemerlang
kembali. Namun jika bertambah dosanya, maka bertambah pulalah noktah
tersebut. Itulah yang disebut ‘ran’. Allah swt. berfirman, ‘sekali-kali tidak
(demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka’ (QS. al-Muthaffifin [83]: 14).” (HR. Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah).
3. Shadaqah
Kiat selanjutnya agar hati menjadi bersih adalah
menggemarkan diri untuk ber-shadaqah. Shadaqah ada dua macam, yaitu shadaqah
yang wajib (zakat) dan shadaqah yang sunat (infaq, sedekah). Ini sesuai dengan
ayat al-Quran yang berbunyi:
خُذْ مِنْ
أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ
إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. at-Taubah [9]: 103).
Berdasarkan ayat tersebut, orang yang hartanya
digunakan untuk shadaqah baik yang wajib maupun yang sunat, maka jiwanya akan
bersih dan suci.
4. Membaca al-Quran
Kiat keempat agar hati tetap bersih adalah membaca
al-Quran. Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ
هذَهِ الْقُلُوْبَ تَصْدَأُ كَمَا يَصْدَأُ الْحَدِيْدُ قِيْلَ فَمَا جَلاَؤُهَا
يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ تِلاَوَةُ الْقُرْآنِ
“Sesungguhnya hati ini berkarat sebagaimana
berkaratnya besi. Ditanyakan, ‘Apa pembersihnya wahai Rasulallah?’ Rasul
menjawab, ‘Membaca al-Quran’.” (H.R. al-Qadhā’iy).
5. Senantiasa beristighfar
Berhubungan dengan realitas yang disabdakan
Rasulullah bahwa manusia itu “tong” salah dan lupa, maka istighfar merupakan
sikap terbaik seorang muslim. Istighfar akan membuat hati pelakunya bersih
kembali dari dosa, dengan syarat istighfarnya sungguh-sungguh lalu diringi
dengan kebaikan.
Allah swt. berfirman:
وَمَن
يَعْمَلْ سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللّهَ يَجِدِ اللّهَ
غَفُوراً رَّحِيماً
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan atau
menzalimi dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nisa [4]: 110).
Dalam hadits lain, Rasulullah menjelaskan:
اِتَّقِ
اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ
النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kamu kepada Allah, iringilah keburukan
dengan kebaikan dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik!” (HR.
Ahmad dan Tirmidzi).
6. Menjaga Shalat
Untuk kiat yang ini dasarnya adalah hadits
Rasulullah saw.:
الصَّلَوَاتُ
الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ
مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Shalat-shalat yang lima waktu, shalat jumat ke
shalat jumat lagi, dan shaum Ramadlan ke shaum Ramadlan lagi adalah penghapus
dosa di antara (tenggang waktu) masing-masingnya selama meninggalkan dosa besar.” (HR. Muslim).
7. Membasmi Penyakit Hati
Langkah selanjutnya agar hati menjadi bersih adalah
menjaga hati agar tidak terjangkit penyakit-penyakitnya. Penyakit hati itu
diantaranya adalah sombong, riya, dengki atau iri, fitnah, marah-marah, adu
domba, buruk sangka, dan lain-lain. Seorang muslim hendaknya tidak memiliki
sikap-sikap seperti itu karena kemuslimannya bisa saja ternodai selain hatinya
yang terkotori.
Penutup
Demikian pembahasan mengenai Tazkiyatul Qalbi.
Mudah-mudahan ada manfaatnya, terutama bagi saya sendiri. Semoga hati kita
senantiasa bersih dari noda dan kotoran sehingga dengan hati yang bersih, kita
bisa memahami agama apa adanya, tidak diada-ada tidak pula dikurangi. Hati yang
bersih sumber kebahagiaan sejati. Insya Allah.
Komentar
Posting Komentar
Sharing Yuk...!