Dunia Bagai Lautan Yang Dalam, Banyak Orang Tenggelam - Nasehat Luqmanul Hakim
Luqmanul Hakim berbincang dengan anaknya. Beliau
menyampaikan nasehat bijak:
يَأ بُنَيَّ،
إنَّ الدُنْيَا بَحْرٌ عَمِيْقٌ وَقَدْ غَرَقَ فِيْهَا أُنَاسٌ كَثِيْرٌ، فَاجْعَلْ
سَفِيْنَتَكَ فِيْهَا تَقْوَى اللهِ وَحَشْوُهَا الإيْمَانُ وَشَرَاعُهَا التَّوَكَّلُ
عَلىَ اللهِ لَعَلَّكَ تَنْجُوْ
“Wahai anakku, sesunguhnya dunia ini laksana lautan
yang dalam dan telah banyak manusia tenggelam di dalamnya, oleh karenanya,
jadikanlah taqwa kepada Allah SWT sebagai kapal untuk mengarunginya, iman
sebagai muatannya, tawakkal sebagai layarnya niscaya engkau akan selamat sampai
tujuan.”
Dunia diistilahkan sebagai laut yang dalam. Dan,
banyak orang tenggelam ke dalamnya. Perhatikan saja, demi dunia banyak orang
lupa bahkan meninggalkan Allah, padahal ia diseru dengan lantunan adzan sangat
indah dibanding alunan kidung ibu Indonesia.
Logis kalau yang dikejarnya diraih melimpah ruah,
kalau yang dikejarnya itu lari entah kemana, atau bisa didapat namun hanya
secuil, bagaimana? Rugi. Rugi banget.
Ah... Pada intinya, saya menangkap nasehat Luqmanul
Hakim tersebut bahwa kita mesti hati-hati dengan urusan dunia. Banyak yang
tertipu lalu tenggelam sedalam-dalamnya. Lalu, tidak sampai di situ, Luqmanul
Hakim memberikan solusi bagaimana kita selamat dari dunia, bagaimana dunia bisa
ditaklukkan kita bukan yang ditaklukkan dunia.
Pertama, takwa. Luqman menasehatkan takwa agar
dimiliki oleh setiap manusia. Sejatinya, orang bertakwa adalah orang selamat
karena ia berhati-hati dalam mengarungi samudera dunia. Dalam sebuah dialog
antara Umar dan Ka'ab, didapati kongklusi tentang takwa bahwa takwa itu adalah
hati berjalan di dunia yang penuh duri.
Umar bertanya kepada Ubay, "Apa takwa
itu?"
Ubay balik bertanya, "Wahai Amirul Mu`minin,
pernahkah Anda berjalan di atas jalan yang penuh duri?"
Umar menjawab, "Pernah."
"Apa yang Anda lakukan?" Tanya Ubay.
Umar kemudian menjawab:
أُشَمِّرُ عَنْ
سَاقِيْ وَأَنْظُرُ إِلَى مَوَاضِعَ قَدَمَيَّ وَأُقَدِّمُ قَدَمًا وَأُؤَخِّرُ أُخْرَى
مَخَافَةً أَنْ تُصِيْبَنِيْ شَوْكَةٌ
"Aku menyingsingkan celanaku, kemudian aku
melihat tempat yang akan aku injak. Aku melangkah selangkah-selangkah
(perlahan) karena aku takut tertusuk duri."
Lalu, Ubay menegaskan, "Itulah takwa."
Orang yang hati-hati cenderung selamat. Jika takwa
adalah hati-hati, maka orang yang bertakwa pasti akan selamat dari duri-duri
dunia.
Kedua, iman. Orang yang memiliki keimanan yang kuat
dikecualikan Allah dari seluruh manusia yang rugi. Ayatnya sudah dipahami oleh
kita. Bisa dibuka kembali, atau tidak usah dibuka karena sudah hafal, Quran
Surat al-'Ashr. Seluruh manusia benar-benar rugi kecuali empat orang. Dan,
orang pertama adalah orang yang beriman. Right?
Ketiga, tawakal. Tawakal secara bahasa berarti
mewakilkan. Dari akar kata wakkala - tawakkala. Dari kata dasarnya bisa ditarik
filoalsofi bahwa tawakal kepada Allah berarti mewakilkan segala urusan kepada
Allah SWT.
Nah, yang namanya wakil tentu yang diyakini
memiliki kemampuan. Tidak mungkin Indonesia mewakilkan kepada atlet yang buruk
prestasinya dalam pentas oleh raga dunia. Indonesia akan mewakilkan untuk ikut
pertandingan kepada atlet terbaik di antara yang terbaik. Jika tidak, petaka
buat Indonesia.
Nah, ketika kita tawakal kepada Allah kita sangat
yakin 100% bahwa Allah memiliki kemampuan dan kekuasaan yang tiada
tandingannya.
Setelah kita mengaktivasi ketakwaan dan membangun
keimanan, maka kita serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT (tawakal) bahwa Allah
yang berkuasa menetapkan urusan terhadap diri kita: keselamatan dalam
mengarungi dunia beduri-duri tajam.
Wallahu a'lam..
Komentar
Posting Komentar
Sharing Yuk...!