Menjadi Pendidik itu Ibadah

Hymne Guru
Cipt. Sartono

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sabagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa


Defnisi Pendidik
       Pendidik berasal dari kata dasar “didik”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, didik atau mendidik adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
       Jadi, pendidik adalah orang yang melakukan upaya untuk memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenaik akhlak dan kecerdasan pikiran.
       Mendidik dimaksudkan untuk terciptanya perubahan tingkah laku pada diri manusia. Tingkah laku yang dimaksud adalah (1) kognitif (pemahaman), (2) afektif (perasaan, sikap, akhlak), (3) psikomotorik (skill hidup) dan (4) konatif (isnisiatif, motviasi, dorongan hidup).
       Oleh karena itu, pendidik merupakan agent of change  yang dituntut untuk merubah tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik. Secara kognitif, dari asalnya tidak tahu, setelah dididik, menjadi tahu dan paham. Dari asalnya kurang belas kasih, setelah dididik, kini menjadi perhatian kepada sesama dan lingkungan sekitar. Dari asalnya tidak memiliki skill dan kreativitas hidup, setelah dibimbing, menjadi cakap dan kreatif dalam hidup. Dari asalnya tidak punya inisiatif, setelah dididik, manusia memiliki motivasi dan impian besar dalam hidupnya. Hal demikian adalah tuntutan untuk para pendidik.
      
Siapakah Pendidik itu?
       Pendidik merupakan orang yang membimbing manusia menuju perubahan positif. Karena tugasnya membimbing, maka pendidik semestinya orang yang mengetahui peta hidup. Dalam arti, pendidik harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang intensif, pendidik harus bisa mengendalikan diri dari hal-hal negatif, pendidik adalah ia yang bersabar dalam menjalankan tugasnya.
       Guru sebagai pendidik, hendaknya memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi. Kualifikasi  Akamedik berarti guru formal adalah ia yang berpendidikan minimal D-IV atau S1. Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 kualifikasi akademik yang harus dimiliki oleh guru meliputi:
  1. Kualifikasi akademik Guru PAUD / TK / RA Guru pada PAUD, TK, RA harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperolah dari program studi yang terakreditasi.
  2. Kualifikasi akademik Guru SD / MI Guru pada SD dan MI harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) dalam bidang pendidikan SD/MI atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang ter akreditasi.
  3. Kualifikasi akademik Guru SMP / MTS Guru pada SMP dan MTS harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang di ajarkan serta diperoleh dari program studi yang ter akreditasi.
  4. Kualifikasi akademik Guru SMA / MA Guru pada SMA dan MA harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang di ajarkan serta diperoleh dari program studi yang ter akreditasi
  5. Kualifikasi akademik Guru SDLB / SMPLB / SMALB Guru pada SDLB, SMPLB dan SMALB harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) dalam bidang pendidikan khusus atau program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang di ajarkan serta diperoleh dari program studi yang ter akreditasi.
  6. Kualifikasi akademik Guru SMK / MAK Guru pada SMA dan MAK harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang di ajarkan serta diperoleh dari program studi yang ter akreditasi.

       Sedangkan kompetensi guru yang dijelaskan pada Permendiknas No.16 Tahun 2007 meliputi empat kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, social, dan profesional.

  1. Kompetensi Pedagogik
1)      Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, social, cultural, emosional, dan intelektual.
2)      Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
3)      Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.
4)      Menyelenggarakan kegiatan pengembanga yang mendidik.
5)      Memafaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangannyang mendidik.
6)      Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
7)      Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8)      Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9)      Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
10)  Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

  1. Kompetensi Kepribadian
1)      Bertindak sesuai dengan norma agama, hokum, social, dan kebudayaan nasional Indonesia
2)      Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat
3)      Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa
4)      Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5)      Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

  1. Kompetensi Sosial
1)      Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
2)      Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3)      Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4)      Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

  1. Kompetensi Profesional
1)      Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2)      Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
3)      Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
4)      Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
5)      Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Pendidik dan Orang Besar
       Orang-orang hebat yang ada di dunia adalah mereka yang terdidik. Tidak ada ceritanya orang tak terdidik (baca: bodoh dalam seluruh kecerdasan pada multiple intelligence) menjadi berpengaruh dan berkarya besar. Andrea Hirata dengan karya fenomenalnya, Laskar Pelangi, mengakui bahwa eksistensinya saat ini adalah atas jasa seorang Ibu Muslimah yang mendidiknya bersama teman-teman lainnya dengan berbasis multiple intelligence. Ketelatenan dan kesabaran Bu Mus, begitu sapaan hangat untuk Ibu Muslimah, membuat Andrea Hirata dan kawan-kawan Laskar Pelanginya menjadi orang-orang hebat dan berkarya luar biasa.
       Ini salah satu wujud bahwa guru (baca: pendidik) itu andilnya cukup besar dalam membimbing manusia menuju kebahagiaan dan kesuksesan. Seandainya seorang SBY tidak dididik yang akhirnya menjadi orang tak terdidik, tidaklah mungkin beliau bisa diamanahi sebagai presiden oleh Rakyat Indonesia selama dua periode. Justru trust sebagian banyak masyarakat terhadapnya adalah karena “sihir” dan “guna-guna” yang diupayakannya. Sihir dan guna-guna tersebut adalah keterdidikan SBY sehingga beliau memiliki leadership skill yang dianggap mapan untuk memimpin bangsa.
       Pendidikan yang diterima SBY dan orang-oeang hebat lainnya tiada lain dipegang oleh para pendidik, baik di lingkungan formal maupun non formal. Sekali lagi, pendidik berandil besar dalam kebahagiaan dan kesuksesan seseorang.

Menjadi Pendidik itu Panggilan Agama
       Selain sebagai andil untuk mengantarkan mansuai kepada tujuan hidupnya, kebahagiaan dan kesuksesan, mendidik juga merupakan panggilan agama. Islam banyak menampilkan profil-profil pendidik dalam al-Quran maupun hadits.
       Luqman al-Hakim misalnya. Selain sebagai hakim yang bijaksana, Luqman adalah orang tua pendidik yang memiliki perhatian khusus terhadap anaknya (baca: anak didiknya). Sehingga, namanya diabadikan oleh Allah sebagai salah satu nama surat dalam Al-Quran.  
       Al-Quran menjelaskan dalam Surat Luqman (31) ayat 12 sampai 19 bahwa Luqman dengan bahasa santun mendidik anaknya agar menjadi orang benar. Dengan metode ceramah dan qaulan baligha (ucapan yang sampai, dimengerti dan dipahami), Luqman menasehati anaknya tentang empat hal pokok, yakni:
      1. Keyakinan (tauhid)
      2. Pengabdian kepada Allah (ibadah)
      3. Akhlak mulia
       Luqman cerdas. Ia tidak mengaitkan didikannya agar mampu hiudp, agar memiliki pekerjaan hebat, atau supaya anaknya menjadi pejabat. Tetapi hanya tiga pokok sebagaimkana disebut. Kenapa?
       Ketiga pokok merupakan pondasi hidup manusia. Ketiga pokok tersebut akan mendorong manusia untuk berkarya besar secara spiritual (ukhrawi) maupun duniawi. Dalam arti, jika tiga pokok tersebut sudah melekat di diri seseorang, maka dengan sendirinya ia akan “motekar”, mencari jati diri, jati sukses dan jati nasibnya sendiri.
       Tanggungjawab mendidik diarahkan kepada dua hal utama, yakni agar anak menjadi cerdas dan baik (saleh). Maka, mendidik yang tidak ada sekularisme di dalamnya adalah mendidik sebagai ibadah. Jika begitu, profesi pendidik selain berandil untuk kebahagiaan dan kesuksesan, juga sebagai ladang amal untuk mengumpulkan pundi-pundi pahala.
       Untuk menguatkan, ada hadits Rasulullah saw. yang artinya, “Barangsiapa yang menunjukkan (mendidik) kepada kebaikan, maka dia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya”. Hebat. Reward bagi para pendidik kebaikan berlaku sebagaimana dalam bisnis MLM. Semakin banyak mendidik, semakin melimpah ruah pahala. Subhanallah...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Empat Tanda Memeroleh Kebaikan Dunia dan Akhirat

Melakukan Hal Tak Penting, Malah Kehilangan Hal yang Penting

Selama Ajal Masih Tersis, Rezeki Akan Datang - Jaminan 8 Pintu Rezeki

Filosofi Masalah dalam Kehidupan