Kritik Pedas Lebih Bergizi Ketimbang Kripik Pedas

KOMENTATOR BOLA | Dalam dunia sepakbola, komentator biasanya lebih hebat dari para aktor (pemain). Mereka mudah bilang, "Seharusnya begini... seharusnya begitu... Kesalahannya adalah begini... Seandainya ia begini, pasti begini.." dst. Kadang bobotoh geram dengan pernyataan mereka saat pertandingan berlangsung.

Namun, giliran mereka disuruh main bola, ampuuun apa yang mereka katakan jauh berbanding terbalik dari komentar-komentar mereka. Bisa-bisa mereka dilahap sekodi - nol melawan pemain bola profesional yang mereka komentari.

Dalam kehidupan tak jauh seperti demikian. Apa yang kita sampaikan, verbal maupun non vorbal (tulisan), dan apa yang kita lakukan selalu menuai dua hal: pro dan kontra. Orang yang pro biasanya ia memberikan respek atau penghargaan. Ia sampaikan ittifaq-nya dengan kita. Bahkan, apresiasinya mungkin saja dimanifestasikan dengan sesuatu yang kongkret.

Sedang, orang yang kontra biasanya ia-lah orang yang menyampaikan kritik kepada kita. Entah itu untuk membangun atau menjatuhkan bahkan menghancurkan.

Beruntunglah Anda jika ada yang pro atas ide dan gagasan Anda. Tapi, jauh lebih beruntunglah Anda jika ada orang yang kontra kemudian menyampaikan kritik tajam dan pedas atas apa yang Anda ucapkan, tulis atau lakukan.

Loh kok..?

Ya, keberadaan orang yang mengkritik sejatinya menjadi sebuah sinyal bahwa ada orang secara objektif (mungkin) menilai kita. Apakah ia menemukan kesalahan atau memang sengaja mencari kekurangan, itu tidak jadi problem signifikan. Karena, keberadaan orang tipe ini menjadi keuntungan buat kita. Kita bisa mengetahui apa yang kurang dan bagaimana seharusnya kita bersikap untuk mencapai 99% kesempurnaan ikhtiar. Orang yang pro mungkin ia tidak menemukan atau tidau mau mencari-cari kekurangan karena sudah cukup ide dan gagasan kita membawa pengaruh demi perubahan ke arah lebih baik.

Kita tidak usah banyak mendebat, cukup sampaikan klarifikasi dan ucapkan terimakasih atas perhatiannya. Ini demi kemajuan. Ya, karena orang yang dikritik kemudian menerima dengan segala konsekuensinya selangkah lebih maju dibanding orang lain bahkan bisa jadi dibanding si pengritik itu sendiri. Karena, bisa saja kritik yang ia sampaikan hanya persepsinya yang belum sama sekali ia lakukan.

"Kritik pedas lebih bergizi ketimbang kripik pedas."

Wallahu a'lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dunia Bagai Lautan Yang Dalam, Banyak Orang Tenggelam - Nasehat Luqmanul Hakim

Empat Tanda Memeroleh Kebaikan Dunia dan Akhirat

Ibnu Mas'ud, "Sesungguhnya Aku Benci Seseorang Yang Menganggur"

Da`ul Umam: Penyakit Hati Penyakit Masyarakat

Tahukah Anda Apa Makna Salam Dua-Tiga Jari Metal?