Salam: Manifestasi Cinta dan Ukhuwah



 “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman. Dan, kalian tidak disebut beriman sehingga kalian saling mencintai. Maukah kalian kutunjukkan sesuatu yang jika ka,ian mengerjakannya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlahsalam diantara kalian!”
(H.R. Muslim)

Salah satu ajaran pembeda antara Islam dan agama lainnya adalah adanya tuntunan untuk mengucapkan salam yang isinya tiada lain adalah doa. Salam tidak hanya sebagai simbol atau syiar Isam saja, melainkan sebagai suatu hal yang dampaknya besar terhadap ketenangan dan kenyamanan hidup. Artinya, ucapan salam dari seorang muslim terhadap muslim lainnya mampu menyiram panasnya hati dan menjadi jaminan keamanan dari kejahatan dan kekhilafan sesama. Salam yang dampaknya positif ini merupakan salam yang tulus dari hati, bukan kamuflase dan tipuan.

Dalam kesempatan ini, kita akan mengupas ringkas tentang salam. Mulai dari definisi, redaksi, etika, fadilah dan esensi dari syariat salam ini.

Definisi
Salam berasal dari kata:
سَلِمَ يَسْلِمُ سَلْمًا وَسَلاَمَةً
“Selamat dari bahaya atau bebas dari cacat”.

Adapun istilah salam sebagai ucapan doa, dalam hadits dibahasakan dengan kata:
سَلَّمَ يُسَلِّمُ تَسْلِيْمًا
“Menyelamatkan, memberi keselamatan”.

Jadi, salam sebagai ucapan atau doa muncul dari sikap ingin menyelamatkan atau memberi keselamatan kepada sesama muslim. Sehingga, ucapan salam isinya agar sesama muslim mendapatkan keselamatan. Ini merupakan manifestasi dari akar kata salam itu sendiri: menyemalatkan, memberi keselamatan.

Redaksi Salam
Adapun redaksi salam yang diajarkan Rasulullah adalah sebagaimana yang kita kenal saat ini, yaitu:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
“Semoga keselamatan, rahmat Allah dan barakah-Nya tercurah kepadamu”.

Redaksi ini disandarkan kepada hadits berikut:
أَنَّ رَجُلًا جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرٌ ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِشْرُونَ ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثُونَ
“Bahwasannya seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu ia berkata, ‘Assalamu’alaikum’. Rasul bersabda, ‘Sepuluh’. Lalu, datang lagi seseorang yang lain dan berkata, Assalamu’alaikum wa rahmatullah’. Rasul bersabda, ‘Dua puluh’. Lalu, datang lagi yang lainnya dan berkata, ‘Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu’. Rasul bersabda, ‘Tiga puluh’.” (H.R. Tirmidzi dari’Imran bin Hushain).

Coba perhatikan kalimat yang bergaris bawah! Semuanya merupakan redaksi salam yang disampaikan sahabat. Rasul tidak menyalahkannya, Beliau hanya menyatakan bilangan sepuluh, dua puluh dan tiga puluh. Ini maksudnya adalah pahala untuk masing-masing redaksi. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pahala yang banyak ucapkanlah salam secara utuh dan lengkap. Tidak ditambah dengan kata-kata lain yang menurut pikiran bagus, misalnya ditambah kata ta’ala setelah lafad Allah. Ini keliru!

Etika Salam
Dalam hadits-hadits yang masyhur, salam memiliki etika yang harus dipenuhi oleh kita. Diantara etika yang diajarkan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai berikut:

1. Waktu Mengucapkan Salam
a. Ketika memasuki rumah
b. Ketika bertemu dan berpisah
c. Ketika hendak memasuki dan keluar dari majlis
d. Ketika hendak khutbah, tidak ada ketentuan untuk mengucapkan salam, melainkan tahmid dan syahadat.

2. Subjek dan Objek Salam
a. Salam hanya untuk sesama muslim
b. Anak mendahului salam kepada yang dewasa
c. Yang berkendaraan lebih dulu mengucapkan salam kepada pejalan kaki
d. Yang berjalan kaki lebih dulu mengucapkan salam kepada yang sedang duduk
e. Kelompok yang sedikit lebih dulu mengucapkan salam kepada yang lebih banyak dan cukup diwakili oleh salah seorang saja.
f. Jika kedua belah pihak setara dalam usia atau keadaan, yang paling baik adalah yang pertama mengucapkan salam.
j. Jika orang kafir mengucapkan salam, jawabannya adalah, “Wa’alaik”. Tidak lebih dari itu.

Fadilah Salam
Yang namanya syariat ya sudah pasti ada keutamaan atau fadilahnya. Nah, karena salam merupakan bagian dari syariat, maka salam pun memiliki fadilah yang cukup banyak, diantaranya:

1. Pahala 10-30 Kali
Ucapan salam memiliki fadilah berupa pahala mulai dari 10-30 kali kebaikan. Sepuluh kebaikan akan didapat jika redaksinya hanya Assalamu’alaikum, dua puluh kebaikan bisa diperoleh jika redaksinya “Assalamu’alaikum wa rahmatullah”, dan tiga puluh kebaikan dapat dimiliki jika  redaksinya lengkap yakni “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wabarakatuh”. Dalilnya sudah kita bahas di muka.

2. Masuk Surga dengan Selamat
Fadilah salam lainnya adalah sebagai fasilitas masuk surga dengan selamat. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَام
“Wahai manusia sebarkanlah salam, berilah makanan, dan shalatlah di waktu malam ketika manusia sedang tidur; pasti kalian akan masuk surga dengan selamat”. (H.R. Ibnu Majah).

3. Tanda Cinta
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ.
“Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman. Dan, kalian tidak disebut beriman sehingga kalian saling mencintai. Maukah kalian kutunjukkan sesuatu yang jika ka,ian mengerjakannya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlahsalam diantara kalian!”. (H.R. Muslim)

Dalam hadits tersebut dijelaskan secara deduktif  bahwa masuk surga itu karena beriman, beriman itu salah satu upaya mencintai sesama, dan mencintai sesama itu manifestasinya adalah ucapan salam. Jadi, mengucapkan salam secara tulus dari hati  mampu menjaga keutuhan cinta terhadap sesama muslim. Saling mencintai sesama muslim akan menyempurnakan keimanan. Dan, keimanan yang  sempurna akan mengantarkan kita ke surga.  

Esensi Salam
Sebagai sebuah syariat salam memiliki esensi, yaitu:
1. Komitmen untuk menjaga ukhuwah imaniyah-islamiyah
2. Ta’awun dalam kompetisi meraih surga
3. Kolektivitas (kebersamaan) dalam kesejahteraan di dunia dan akhirat

Khatimah
Sebagai khatimah, saya tekankan kembali bahwa salam merupakan syariat yang fadilahnya cukup banyak. Oleh karena itu, mari kita jadikan ucapan salam sebagai sebuah kultur. Tentunya, ucapan salam mesti kuncup dari hati yang ikhlas, murni mengharap ridha Allah SWT. Dan, yang sudah pasti adalah etika salam terjaga dengan baik, tidak ditambah atau dikurangi redaksinya dan tidak dilemparkan kepada orang non muslim. (ya)

Wallahu a’lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Empat Tanda Memeroleh Kebaikan Dunia dan Akhirat

Melakukan Hal Tak Penting, Malah Kehilangan Hal yang Penting

Selama Ajal Masih Tersis, Rezeki Akan Datang - Jaminan 8 Pintu Rezeki

Filosofi Masalah dalam Kehidupan