Mendidik = Bisnis Besar dan Menguntungkan
Di dunia ini
tidak ada orang yang ingin miskin, sengsara, dan melarat. Hal ini kemudian
“memaksa” manusia untuk mencari rezeki. Rezeki yang dicari banyak macamnya,
namun yang paling memenuhi benak adalah uang. Dengan uang kita bisa membeli
nasi, dengan uang kita bisa membeli pakaian, dengan uang kita bisa mengadakan
kebutuhan-kebutuhan lainnya. Uang memang
bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Iya kan?
Kita simpan pembahasan tentang uang. Ada
bentuk rezeki lain yang tidak bisa dibayar dengan uang. Rezeki tersebut adalah
kebahagiaan. Memang salah satu yang membahagiakan adalah banyak uang, tapi
kebahagiaan itu bukanlah banyaknya uang. Buktinya banyak para pejabat (maaf
jika Anda seorang pejabat), yang sudah bergelimang uang tapi tetap saja mencari
uang dengan mengerat bagai tikus (baca: korupsi). Sekali lagi, uang tidak bisa
dijadikan standar mutlak bahagianya seseorang.
Lalu, rezeki bahagia itu kita dapatkan
dari mana?
Jawabannya, banyak. Banyak cara agar
kita menjadi orang bahagia. Salah satu di antara cara tersebut adalah kita
menjadi pendidik. Yup, menjadi pendidik adalah satu cara agar kita bahagia.
Loh, kenapa bisa begitu?
Pertama, mendidik itu mengaktualisasikan
diri. Ketika Anda memiliki kemampuan dalam suatu hal. Lalu, Anda berhasil
membuat (baca: mempersembahkan) karya besar, bagaimana perasaan Anda? Bahagia
dan bangga bukan? Kenapa Anda bahagia? Ya karena Anda memiliki kemampuan
berkarya. Ini dia rezeki bahagia itu.
Begitu pula dengan mendidik. Mendidik
anak didik merupakan “karya besar” dalam hidup. Pasalnya, tidak semua orang
bisa mendidik baik dengan baik. Ini adalah prestasi yang melahirkan prestise.
Para pendidik baik itu derajatnya tinggi di masyarakat. Dihormati, dihargai,
dan diluhurkan.
Kedua, mendidik itu pelayanan jasa.
Seorang tukang jahit diminta untuk membuat pakaian dengan model unik yang
disodorkan pelanggan. Penjahit tersebut diminta untuk me nyelesaikan pakaiannya
dalam waktu tiga hari. Kemudian baru saja dua hari, penjahit itu sudah
menghubungi pelanggan bawa pakaiannya sudah selesai dibuat. Begitu dilihat oleh
pelanggan, modelnya benar-benar mirip dengan model yang diminta. Pertanyaannya,
bagaimana reaksi si pelanggan? Saya kira si pelanggan akan memberi apresiasi
yang luar biasa. Mungkin dengan sanjungan, mungkin pula dengan tambahan kost
jahit. Atau, meungkin kedua-duanya. Dan, yang paling penting adalah si
pelanggan tersebut akan menjadi “model iklan” bagi layanan jasa jahitnya.
Jika sudah begitu, bagaimana perasaan si
tukang jahit? Tentunya merasa senanga dan bahagia. Iya kan? Senang dan bahagia
karena mendapat kost berlebih dan secara tidak langusng ia memiliki model iklan
gratis.
Nah, demikian ilustrasi bagi para
pendidik. Ketika ada orang tua, menitipkan anaknya ke sebuah sekolah, kemudian
para guru (baca: pendidik) mendidik sesuai pesanan. Dan, pada akhirnya anak
tersbut menjadi anak yang didamba orang tuanya, bagaimana reaksi si orang tua
tersebut? Saya yakin, ia akan merasa bahagia sehingga reward akan ia
haturkan kepada si pendidik di sekolah sekaligus akan menjadi pengiklan bagi
sekolah tersebut di masyarakat.
Lalu, jika guru pendidik sudah menjadi
agen perubahan bagi anak didik, sehingga anak didik berhasil dan suskes dalam
hidupnya, bagaiamana perasaan guru pendidik tersebut? Saya yakin, akan bangga
dan bahagia. Seperti yang terjadi pada Bu Muslimah ketika menyaksikan Andrea
Hirata, salah seorang dari 10 tim Laskar Pelangi, menjadi orang sukses yang
ditandai dengan tertalogi Laskar Pelanginya. Guru pendidik seperti itu adalah guru pendidik
yang kaya raya dengan rezeki bahagia.
Ketiga, mendidik itu bisnis besar. Bisnis
di sini maksudnya bisnis di bidang spiritulitas. Pendidik itu akan mendapatkan
limpahan pahala yang banyak sebanyak anak didik yang mengamalkan ajarannya. Ini
disandarkan pada sabda Nabi Muhammad saw.:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa menunjukkan (mendidik) kepada kebaiakn,
maka ia akan mendapat pahal seperti pahala orang yang mengamalkannya (yang
dididik)”
Jelas dan
lugas. Mendidik seperti bisnis Multi Level Marketing. Semakin banyak downline, semakin dimungkinkan
banyak income ke rekening dan naik level. Demikian juga mendidik. Semakin banyak
“downline” semakin banyak pahala yang diraih. Maka, pendidik adalah orang kaya
raya dengan pahala. Kalau sudah begitu, tiket menuju surga sudah di tangan.
Komentar
Posting Komentar
Sharing Yuk...!